Suara.com - Kesehatan usus bisa bisa sangat terkait dengan apa yang Anda konsumsi. Dalam hal ini, ada beberapa pola makan sehat yang perlu Anda ikuti untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan usus Anda.
Melansir dari Healthline, berikut pola makan sehat yang bisa meningkatkan kesehatan usus, antara lain:
1. Makan Beragam Makanan
Ada ratusan spesies bakteri di usus Anda. Setiap spesies memainkan peran yang berbeda pada kesehatan dan membutuhkan nutrisi yang berbeda pula.
Oleh karena itu, pola makan yang terdiri dari berbagai jenis makanan yang berbeda dapat menghasilkan mikrobiota yang beragam. Keberagaman makanan bisa didapat dari kombinasi serat, lemak sehat, protein, hingga karbohidrat.
2. Makan Banyak Sayur, Kacang-kacangan, dan Buah
Buah dan sayur merupakan sumber nutrisi terbaik untuk mikrobiota usus yang sehat. Asupan ini kaya serat yang tidak bisa dicerna oleh tubuh, namun dicerna oleh bakteri tertentu di usus untuk merangsang pertumbuhan mikrobiota usus yang menyehatkan.
Sementara kacang dan polong-polongan juga mengandung serat dalam jumlah yang sangat tinggi.
Satu studi menemukan bahwa mengikuti pola makan tinggi buah-buahan dan sayuran mencegah pertumbuhan beberapa bakteri penyebab penyakit. Apel, artichoke, blueberry, almond dan pistachio semuanya telah terbukti meningkatkan Bifidobacteria pada manusia. Bifidobacteria dianggap bakteri menguntungkan karena dapat membantu mencegah peradangan usus dan meningkatkan kesehatan usus.
Baca Juga: Waspada, Hindari Memasukkan 5 Makanan Berikut ke Microwave
3. Makanan atau Minuman Fermentasi
Proses fermentasi biasanya melibatkan bakteri atau ragi yang mengubah gula dalam makanan menjadi asam organik. Makanan fermentasi seperti yogurt, kimchi, kefir, kombucha hingga tempe kaya akan lactobacilli, sejenis bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan.
Orang yang makan banyak yogurt tampaknya memiliki lebih banyak laktobasilus di usus mereka. Orang-orang yang konsumsi yogurt juga memiliki lebih sedikit Enterobacteriaceae, bakteri yang terkait dengan peradangan dan sejumlah penyakit kronis.
4. Biji-bijian Utuh
Biji-bijian utuh mengandung banyak serat dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna seperti beta-glukan. Karbohidrat ini tidak diserap di usus kecil dan malah menuju ke usus besar.
Di usus besar, mereka dipecah oleh mikrobiota dan mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan di tubuh Anda. Biji-bijian utuh dapat meningkatkan pertumbuhan Bifidobacteria, lactobacilli dan Bacteroidetes pada manusia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?