Suara.com - Dalam satu minggu terakhir, jumlah kasus harian Covid-19 di Indonesia menurun secara drastis. Bahkan kasus harian pada 28 Februari 2021 hanya mencatat 5.560 orang yang terinfeksi dari total spesimen yang diperiksa 35.434, dan positivity rate sekitar 18 persen.
Jumlah tersebut turun drastis dari paling tidak 22 Februari 2021 dengan jumlah kasus harian 10.180. Melihat kasus ini, benarkah situasi pandemi Covid-19 di Indonesia terkendali?
"Sudah sangat jelas ini bukan tanda penurunan, yang menurun testingnya, dan jangan melihat satu performa pengendalian pandemi ini harus komprehensif, melihat dan melihat post effect dan logic program," ujar Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman kepada Suara.com, Senin, (1/3/2021).
Menurut Dicky, penurunan kasus harian yang terjadi di Indonesia tidak bisa dijadikan indikator pandemi telah terkendali. Dicky mengungkapkan bahwa dalam kurun satu tahun positivity rate Indonesia jauh dari 10 persen.
"Dari satu tahun ini banyak sekali kasus positif yang tidak ditemukan, dan itu menjadi bola salju, dan fenomena gunung es itu yang terjad. Yang kita temukan itu puncak gunung es, dan itu bagian kecil itu lah sebabnya harus berhati-hati melihat tren atau kasus harian, karena kalau testing tracing tidak optimal, maka datanya tidak valid," ujar Dicky.
Untuk bisa menilai secara komprehensif perlu melihat data performa selama dua minggu terakhir dan juga potivity rate. Dicky mengatakan, jika melihat pemodelan epidemiologi kasus harian di Indonesia diperkirakan bisa mencapai 100 ribuan, namun yang ditemukan hanya lima ribuan.
"Virus ini ditemukan atau tidak akan ada hukum biologinya yang hanya bisa diputus transmisinya dengan penemuan kasus secara dini dengan testing tracing dan karantina mandiri," kata Dicky.
Dicky melanjutkan, bahwa yang terjadi saat ini bisa menjadi salah memahmi dan ekpektasi terhadap pandemi. Kelirunya pemahaman ini bisa berujung pada kondisi pandemi yang makin sulit terkendali.
"Kita bisa terakhir yang bisa keluar dari krisis Covid-19, walaupun awal tahun depan atau akhir tahun WHO mencabut status pandemi tidak serta merta semua negara keluar dari situasi krisis, karena bisa jadi sedang mengalami situasi yang paling buruk dan itu bisa dialami Indonesia kalau tidak memperbaiki 3T, kalau 3T tidak memadai optimal akan terpuruk," kata dia.
Baca Juga: TOK! Kantor POS Kembali Salurkan Bansos COVID-19 Mulai Maret 2021
Tes yang ideal
Dicky mengatakan bahwa untuk bisa memahami situasi pandemi harus mengedepankan langkah testing, tracing, dan treatmen. Kepada Suara.com, Dicky juga menjabarkan hitungan sederhana jumlah tes Covid-19 yang ideal.
"Sederhana saja misal kemarin itu ada 10 ribu kasus positif dilaporkan, dari 10 ribu kasus dilaporkan berdasar pedoman who setidaknya 80 persen kasus kontaknya dari 10 ribu teridentifikasi," ujar Dicky.
Jika bicara pedoman pelacakan kasus, lanjut Dicky, di studi epidemiogi di Asian Tenggara mengatakan, bahwa dari 1 kasus positif harus ditemukan 20-25 kontak erat.
"Kalau dari 10 ribu, 20 kasus kontaknya berarti 200 ribu yang harus ditemukan minimal, itu link pertama itu di testing 200 ribu itu, sekarang berapa testing ktia? Itu kan dari awal pandemi, tapi performa itu tidak ada yang 100 ribu dan hampir satu tahun," papar Dicky.
"Jadi dari 10 ribu atau 5 ribu hari ini, misal berarti kan 100 ribu. Jadi testing kita harusnya di kisaran dari awal-awal tahun 2021 di 250 ribu sampai 300 ribu, bahkan harusnya 500 ribu."
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak