Suara.com - Salah satu varian baru virus corona yang menyebar secara cepat adalah varian Afrika Selatan (SA). Varian ini diidentifikasi oleh tim peneliti internaional, termasuk ilmuwan biomedis dari University of California, Riverside.
Profesor ilmu biomedis di UC Riverside School of Medicine Adam Godzik dan peneliti pascadoktoral Arghavan Alisoltani-Dehkordi mengkarakterisasi varian Afrika Selatan dengan menganalisis protein lonjakan virus menggunakan simulasi komputer.
Dari sampel SARS-CoV-2 yang dikumpulkan antara 15 Oktober hingga 25 November 2020 di tiga provinsi Afrika Selatan, peneliti menemukan adanya silsilah baru.
"Setiap varian SARS-CoV-2 memiliki mutasi spesifik yang menentukannya. Profesor Godzik dan saya menggunakan pemodelan komputer untuk melihat kemungkinan konsekuensi struktural dan fungsional dari mutasi protein lonjakan dalam garis keturunan SA," tutur Alisoltani-Dehkordi, dilansir Medical Xpress.
Ia menambahkan, analisis mereka menunjukkan bahwa beberapa mutasi berpotensi menyebabkan penularan virus yang lebih tinggi dan respons imun yang lebih lemah.
Penelitian awal pada varian Afrika Selatan menunjukkan virus ini mungkin resisten terhadap antibodi, yang dapat mengurangi kemanjuran vaksin.
"Penelitian selanjutnya menegaskan bahwa ia kebal terhadap vaksin dan mudah menyebar. Afrika Selatan melakukan pekerjaan yang bagus," sambungnya.
Semua varian SARS-CoV-2 baru yang muncul di Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan California menunjukkan tanda mutasi umum.
Tetapi masing-masing varian ini juga memiliki serangkaian mutasi yang unik. Misalnya, varian SA dan Brasil memiliki dua mutasi unik pada protein lonjakan K417N dan E484K.
Baca Juga: Aduh! Virus Corona B117 Masuk Medan, Siapa yang Bawa?
Selain bukti lebih mudah menular, peneliti mengatakan varian Afrika Selatan juga mengalami perkembangan dalam tingkat keparahannya.
"Sulit dikatakan hanya ada satu varian SA. Salah satu cara untuk memahami hal ini adalah dengan mambayangkan varian ini seperti cabang sebuah pohon, yang memiliki cabang kecil-kecil. Beberapa dari cabang kecil mungkin tumbuh lebih cepat daripada yang lain. Proses dinamis ini sulit diprediksi," lanjutnya.
Godzik memprediksi Covid-19 akan selalu ada dalam hidup kita, seperti flu. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature pada Selasa (9/3/2021).
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!