Suara.com - Orangtua mana pun tentu ingin anaknya menerapkan perilaku baik terhadap orang lain. Paling sederhana dengan rela berbagi benda yang dimilikinya.
Namun, tidak setiap anak dapat langsung mengerti konsep berbagi. Psikolog Anak Fathya Artha menjelaskan bahwa konsep berbagi umumnya baru dimengerti oleh anak-anak sejak usia 4 tahun ke atas.
"Jadi di bawah 4 tahun anak-anak belum bisa berbagi adalah hal yang wajar. Karena buat mereka konsep untuk memberikan suatu barang itu masih sulit dipahami. Sehingga biasanya baru mulai secara sadar bisa benar-benar berbagi terjadi ketika usia 4 tahun keatas," jelas Fathya dalam webinar Bebelac, Kamis (25/3/2021).
Namun begitu, bukan berarti anak di bawah usia 4 tahun tidak bisa diajarkan kebaikan dan konsep berbagi. Menurut Fathya, sebaiknya anak diberikan pemahaman dahulu bahwa ketika bermain kemungkinan akan ada anak lain yang mungkin merebut mainannya atau ia tidak bisa menguasai suatu barang seorang diri.
"Supaya anak-anak tidak ketinggian ekspektasinya. Karena sering kejadiannya adalah orang tua merasa anaknya egois, padahal berusia 2 tahun, karena rebutan barang. Buat anak usia di bawah 4 tahun itu masih wajar terjadi, yang bisa kita lakukan membangun bahwa sharing adalah sesuatu yang enggak apa-apa," paparnya.
Selain itu, anak juga perlu diberi pemahaman bahwa dirinya tidak akan kekurangan atau kehilangan sesuatu ketika berbagi dengan orang lain. Tetapi dijelaskan bahwa dengan berbagi kemungkinan anak bisa bermain lebih seru atau kesempatan mencoba hal yang baru.
"Karena ketakutannya anak-anak adalah dengan dia memberikan, jadi enggak punya. Itu yang perlu dipahami
Ketika anak belum siap untuk berbagi, orangtua juga tidak dianjurkan untuk terlalu memaksanya, terang Fathya. Sebab yang terjadi anak bisa merasa kecewa dan tidak nyaman. Membangun konsep berbagi dan kebaikan tersebut diperlukan kebiasaan yang terus diulang.
Oleh sebab itu, Fathya menyarankan, setiap anak akan bermain dengan temannya harus selalu diingatkan untuk mau berbagi mainan bersama.
Baca Juga: Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Bogor Meningkat Selama Pandemi
"Walaupun mungkin dia belum terlalu mengerti konsep sama-sama seperti apa, tapi dia bisa tahu untuk expect sesuatu. Walaupun nanti ujung-ujungnya nangis, nanti akan kebiasaan, habbit yang dibangun. Jadi lama-lama dia akan siap untuk berbagi dengan teman-temannya," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika