Suara.com - Kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. TBC sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.
Jelang Hari tuberkulosis Sedunia yang jatuh pada 24 Maret setiap tahunnya, hari ini, Selasa (23/3/2021), Kementrian Kesehatan RI melalui Direktorat Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) memaparkan tantangan yang dialami untuk memerangi penyakit tersebut selama pandemi COVID-19.
Hingga hari ini, Direktur P2PML Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, mengungkap masih ada 845 ribu kasu TBC biasa dan 24 ribu kasus TBC yang telah resisten terhadap obat.
Pada kasus TBC di kelompok usia anak dilaporkan sebanyak 32.251 kasus, 7.699 di antaranya TBC dengan HIV dan 12.844 dinyatakan meninggal dunia. Sayangnya, selama pandemi COVID-19, keterbatasan membuat cakupan temuan kasus menjadi menurun.
"Tentunya di tengah situasi pandemi ini, capaian kita dari 845 ribu kasus yang harusnya kita temukan, ternyata hanya 349 ribu kasus yang kita temukan. Sementara untuk TBC yang resisten terhadap, dari 24 ribu yang harusnya kita temukan ini hanya 8.060 kasus," jelas dia.
Tentu, lanjut Siti Nadia, ini menjadi tantangan tersendiri, karena dibandingkan tahun 2018-2019 cakupan temuan kasus sudah mencapai 60 persen dari estimasi yang ditemukan. Sementara pada 2020 malah kebalikannya. Hanya 30 persen kasus yang ditemukan yang bisa dilaporkan.
Hal ini, lanjut dia, disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah beberapa kegiatan mengenai TBC yang jadi tertunda selama pandemi.
"Yang pertama seperti kegiatan investigasi kontak. Seorang penderita TBC yang positif itu bisa menularkan kepada 10-15 orang disekitarnya. Jadi biasanya kita memeriksakan kontak ini terhadap 10-15 kasus di sekiatarnya. Tapi dikarenakan di situasi pandemi ini, membuat pencarian kasus kontak ini menjadi terhambat," jelasnya.
Persoalan lainnya adalah aktivitas pengambilan obat oleh pasien ke sejumlah fasilitas layanan kesehatan yang mengalami penurunan selama pandemi.
Baca Juga: AstraZeneca Dituding kasih Data Efikasi Vaksin Covid-19 Tidak Lengkap
"Sebagian masyarakat tertunda dalam pengambilan obat karena mereka takut mendatangi faskes saat di awal pandemi, walaupun protokol kesehatan dilakukan di rumah sakit. Ada pemisahan (ruang pelayanan) pasien TBC dengan pasien COVID-19," katanya.
Akibatnya, kata dia, terjadi keterlambatan diagnosa TBC seiring tertundanya pengiriman sampel sputum (dahak) pasien TBC. Selain itu ada tugas ganda petugas TBC dengan tugas COVID-19. Hingga keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) untuk petugas maupun pasien.
Persoalan yang turut mempengaruhi pelacakan kasus tuberkulosis (TBC), kata Siti Nadia, adalah pengalihan anggaran TBC untuk COVID-19, hingga di tataran pemerintah daerah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya