Suara.com - Dalam hidup, ada hari-hari saat Anda merasa senang, sedih, atau hanya biasa saja. Tapi pada orang dengan kondisi anhedonia, sebagian besar hari mereka terasa biasa saja.
Kondisi tersebut membuat penderitanya kehilangan kemampuan untuk merasakan kegembiraan, dan hal-hal yang biasanya membuat mereka puas atau bahkan gembira tidak lagi menimbulkan perasaan yang sama.
"Orang yang menderita anhedonia pada dasarnya telah kehilangan kemampuan untuk mengalami kesenangan atau hal-hal yang mereka sukai," kata Susan Albers-Bowling, PsyD, psikiater di Cleveland Clinic.
Albers-Bowling menambahkan bahwa terkadang penderitanya tidak terlalu peduli dan reaksi yang ditunjukan pun datar atau tidak ada sama sekali. lapor Health.
Anhedonia dapat bersifat fisik maupun psikologis. Terkadang kondisi ini dikategorikan oleh rangsangan yang berbeda dari sumber yang menimbulkan respons, contohnya sosial dan sensorik.
Misalnya, anhedonia sosial mengacu pada saat seseorang tidak mendapatkan kesenangan dari situasi sosial, seperti berbicara dengan teman, mendapatkan pengalaman baru, atau bersaing dengan orang lain.
Sebaliknya, anhedonia sensorik atau anhedonia fisik terjadi ketika sesorang kehilangan kenikmatan dari sensasi fisik, seperti bau kue atau rangsangan seksual (anhedonia seksual).
"Ingat Eeyore dari Winnie the Pooh? Seperti itulah anhedonia. Ini adalah karakter yang menunjukkan banyak ciri anhedonia, yakni pesimis, murung dan tidak terlalu menikmati," jelas Albers-Bowling.
Namun, anhedonia dapat muncul dalam berbagai cara, dan bergantung pada jenis anhedonia yang diderita orang tersebut. Secara umum, orang yang mengalami anhedonia akan merasakan mati rasa atau kurang perasaan.
Baca Juga: Profil Danella Ilene, Peserta INTM yang Viral Usai Curhat Soal Depresi
Mereka juga akan memiliki pandangan negatif.Bisa saja mereka berhenti tersenyum atau bereaksi terhadap hal-hal yang biasanya menyebabkan kegembiraan, dan akan menunjukkan lebih banyak perasaan putus asa
Psikolog di NYU Langone, Jessica Stern, mengatakan anhedonia paling sering menjadi gejala dari depresi, Tetapi ini bukan satu-satunya penyebab.
"Orang bisa mengalami anhedonia di luar depresi, tetapi itu bukan sebuah diagnosis," ujar Stern.
Kesedihan dan kecemasan juga dapat menyebabkan kondisi mati rasa ini. Sama halnya dengan anoreksia, skizofrenia, gangguan penyalahgunaan zat, Parkinson, PTSD, dan kondisi kesehatan mental lainnya.
Tidak jelas mekanisme apa di otak yang menyebabkan anhedonia, tetapi para ahli memiliki beberapa hipotesis, yakni adanya penurunan dopamin, atau neurotransmitter kesenangan di otak.
"Ada beberapa bagian otak yang diyakini juga terlibat dalam kemampuan dalam mengalami kegembiraan dan kesenangan seperti amigdala, yang memproses emosi, korteks prefrontal, yang merencanakan dan memproses penghargaan. Sistem otak ini pada dasarnya mati," tandas Albers-Bowling.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030