Suara.com - Saat lahir, baik bayi laki-laki maupun perempuan memiliki bentuk puting dan payudara yang terlihat sama. Namun semuanya berubah saat memasuki masa pubertas.
Di bawah pengaruh hormon, payudara perempuan mulai berubah dan membesar, begitu pun bagian puting. Sementara lelaki tak banyak berubah dan tumbuh lebih datar.
Semakin dewasa hingga akhirnya hamil dan melahirkan, payudara perempuan juga akan mengeluarkan air susu yang menjadi sumber nutrisi pertama bagi bayi. Pertanyaannya kini, apa sebenarnya fungsi puting pada lelaki?
Dari sudut pandang evolusi, beberapa ahli berpendapat bahwa puting lelaki tetap ada, memang bukan karena memberikan keuntungan, tetapi karena tidak membahayakan. Sehingga tidak ada manfaat juga untuk menghilangkannya.
Namun, pada kondisi tubuh tertentu, beberapa laki-laki bisa menghasilkan susu. Dikutip dari The Conversation, kondisi itu disebabkan kondisi medis yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Susu yang diproduksi pria juga sangat mirip dengan ASI perempuan.
Tetapi, bagi kebanyakan lelaki dengan hormon normal dan tidak mungkin memproduksi ASI, apa sebenarnya fungsi puting?
Puting ternyata mampu merespons rangsangan seksual pada kedua jenis kelamin. Satu studi menemukan lebih dari setengah peserta laki-laki merasakan gairah seksual yang meningkat terhadap rangsangan puting.
Bahkan ada satu laporan yang menggambarkan seorang pria heteroseksual yang meminta pembesaran payudara untuk meningkatkan fungsi seksual pada putingnya.
Namun bagi sebagian pria, pembesaran payudara bisa menjadi konsekuensi tak terduga dari kelebihan berat badan atau obesitas. Pembesaran payudara pada pria, atau ginekomastia, juga bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dengan estrogen (hormon wanita) lebih banyak dibandingkan androgen (hormon pria).
Baca Juga: Klungkung Diterjang Puting Beliung, Rumah Rusak, Pohon Tumbang
Kondisi itu kebanyakan dialami remaja laki-laki , tetapi bisa sembuh sendiri, meskipun dapat bertahan pada satu dari sepuluh anak. Bertahannya payudara membesar pada laki-laki sering kali dikaitkan dengan depresi, kecemasan, gangguan makan, masalah citra tubuh dan kurang percaya diri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia