Suara.com - Setelah satu tahun menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ), kembalinya sekolah dibuka menjadi kabar bagi murid yang ingin belajar seperti biasanya. Namun, di tengah wabah COVID-19 yang belum selesai, persiapan mengenai keselamatan jangan sampai lupa.
Hal ini diungkap oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ilmu Kesehatan Anak Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi. Ia mengatakan ada beberapa persiapan sebelum sekolah tatap muka dibuka kembali. Syarat utamanya adalah kasus COVID-19 beserta kematian di tiap wilayah harus turun terus menerus.
“Lebih baik jika tidak ada kasus baru. Kalau masih fluktuatif tunda dulu,” ungkap Prof. Soedjatmiko, Senin (3/5/2021).
Ia menambahkan, sebelum sekolah dibuka Komite Sekolah harus mengecek kesiapan para guru dan sarana di sekolah, apakah sudah siap atau sebaliknya. Seperti disinfektan meja, kursi, pintu, dan dinding.
Meski vaksinasi bisa melindungi guru, namun jika terinfeksi COVID-19 bisa menularkan ke murid. “Kalau bisa semua guru PCR dulu, yang positif dikarantina. Guru dan murid yang demam, batuk, pilek, diare, berobat dulu dan istirahat selama 3-5 hari,” ungkap Prof. Soedjatmiko.
Persiapan lainnya yang harus dilakukan, yaitu pengaturan jumlah, jarak, dan posisi meja kursi, agar murid tidak saling mendekat saat di dalam kelas. Ia menyarankan perlu pembatasan dengan tali untuk kelas 1 dan 2 SD, supaya murid tidak berjalan-jalan.
“Kalau sekolah belum siap, sebaiknya sekolah ditunda dulu,” jelasnya.
Sementara itu, ada beberapa hal yang perlu disiapkan bagi orang tua dan juga anak sebelum sekolah tatap muka kembali dibuka. Yang pertama memakai masker, dan melatih anaknya untuk membiasakan memakai masker terus-menerus selama beberapa jam.
Selain itu, orang tua juga perlu melatih anaknya untuk segera cuci tangan ketika baru sampai sekolah, juga di rumah saat pulang dari sekolah. “Kalau orang tua dan anak belum siap, tunda dulu sekolahnya,” tegas Prof. Soedjatmiko.
Baca Juga: Situasi Pasar Tanah Abang: di Dalam Sepi, Bagian Luar Tak Bisa Jaga Jarak
Terakhir, ia menyebut pembukaan sekolah harus dilakukan secara bertahap. Seperti mahasiswa dan murid SMA terlebih dahulu. Jika mematuhi protokol kesehatan, maka bisa dilanjut di tingkat SMP sampai tingkat SD.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan