Suara.com - Model ternama Kendall Jenner mengungkapkan bahwa dirinya kecanduan media sosial. Dampaknya, ia menjadi mengalami kecemasan setiap kali mendapat hal-hal negatif.
"Ada terlalu banyak (hal negatif). Aku sadar bahwa semakin aku bermain sosial media, semakin aku merasa 'terpisah' dengan tubuhku sendiri atau dengan apa yang sedang terjadi di depanku," kata Kendall, dilansir People.
"Hubunganku dengan media sosial agak membuat ketagihan saat ini, yang tidak aku sukai dan aku tidak bangga mengatakannya," sambungnya.
Istilah kecanduan atau ketagihan media sosial semakin sering digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang menghabiskan banyak waktunya untuk bermain berbagai platform media sosial.
Kondisi tersebut memang dapat berbahaya, menyebabkan rendahnya harga diri, tidur yang buruk, dan meningkatnya stres.
Meski begitu, sebenarnya tidak ada yang namanya diagnosis resmi dari "kecanduan media sosial". Tetapi penggunaan secara berlebihan semakin menjadi hal biasa dan dapat berdampak serius pada kesehatan fisik serta mental penggunanya.
Menurut Healthline, media sosial sebenarnya memiliki efek signifikan pada otak. Setiap kali masuk ke aplikasi favorit, sinyal dopamin di otak akan meningkat. Neurotransmitter ini berhubungan dengan kesenangan.
Ketika produksi dopamin meningkat selama menggunakan media sosial, otak akan mengidentifikasi aktivitas tersebut sebagai aktivitas bermanfaat yang harus diulangi.
Reaksi ini mungkin lebih terasa setiap kali membuat unggahan dan mendapatkan umpan balik yang positif dari pengguna lain.
Baca Juga: Pegiat Media Sosial Batam Covid-19, Dapat Doa dari Anak Korban Terorisme
Namun, perasaan positif yang dialami selama penggunaan media sosial hanya bersifat sementara. Jadi, saat dopamin yang membuat rasa nyaman habis, Anda akan kembali ke media sosial untuk merasakannya lagi.
Menggunakan media sosial sesekali sepertinya tidak berbahaya. Tetapi ada efek negatif yang perlu dipertimbangkan saat menggunakannya secara berlebihan, yakni:
- Harga diri rendah, yang mungkin dipicu oleh persepsi salah bahwa kehidupan orang lain "lebih baik".
- Meningkatkan perasaan terisolasi dan kesepian.
- Kecemasan atau depresi.
- Timbulnya gangguan kecemasan sosial.
- Ketakutan akan ketinggalam zaman (FOMO), yang dapat meyebabkan lebih banyak penggunaan media sosial.
- Pola tidur terganggu, apalagi jika menggunakan media sosial tepat sebelum tidur.
- Penurunan aktivitas fisik, yang dapat memengaruhi kesehatan.
- Mengabaikan hubungan dalam kehidupan nyata.
- Mengurangi kemampuan untuk berempati dengan orang lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan