Suara.com - Sebuah survei terhadap tujuh ribu pengguna kencan online Australia menemukan bahwa karateristik yang menarik orang untuk menjadi pasangan ideal bagi pria dan wanita berbeda. Tetapi menjadi lebih sama ketika disesuaikan dengan usia.
Peneliti meminta 7.325 warga Australia berusia 16 hingga 65 tahun untuk menilai dari skal 0 hingga 100 pentingnya 9 karakteristik calon pasangan.
Karakteristik dibagi menjadi tiga kategori, yakni estetika (usia, daya tarik, bentuk fisik), sumber daya (kecedasan, pendidikan, pendapatan), dan kepribadian (kepercayaan, keterbukaan, hubungan emosional).
Studi ini menemukan bahwa pria dan wanita menilai bentuk fisik, daya tarik, dan ketiga ciri kepribadian sebagai hal yang sangat penting. Sedangkan pendapatan dinilai kurang penting, lapor The Guardian.
Pria berusia 18 hingga 25 tahun menetapkan prioritas lebih tinggi, yakni pada daya tarik dan bentuk fisik. Tetapi seiring bertambahnya usia, faktor-faktor tersebut menjadi kurang penting.
Sementara wanita menempatkan nilai jauh lebih besar pada hal usia, pendidikan, kecerdasan, pendapatan, kepercayaan, dan hubungan emosional.
Wanita muda di bawah 25 tahun menilai faktor kepribadian jauh lebih penting daripada para pria sepantarannya. Namun kesenjangan itu menyempit pada orang dewasa di atas 30 tahun, artinya penilaian mereka hampir sama di usia ini.
Untuk orang dewasa 60 tahun ke atas, lebih banyak pria yang menilai faktor kepribadian adalah hal penting. Tetapi seiring bertambahnya usia, kedua jenis kelamin ini sama-sama mementingkan faktor keterbukaan dan kepercayaan.
Menurut penulis utama studi Stephen Whyte dari Queensland University of Technology, survei tersebut menunjukkan ciri-ciri orang yang menarik sebagai pasangan melengkapi pilihan gaya hidup mereka sesuai dengan usia.
Baca Juga: Ketertarikan Manchester United pada Ben White memang Nyata
"(Responden yang lebih tua) kurang peduli dengan estetika dan lebih banyak tentang kepribadian. Mungkin bisa dikatakan ini kebijaksanaan usia," kata Whyte.
Whyte mengungkapkan, perbedaan preferensi ini dapat dikaitkan dengan teori psikologi revolusioner yang dikenal sebagai investasi orang tua.
Ia berpendapat bahwa wanita lebih emnjadi pemilih ketika memutuskan pasangan kerena mereka berinvestasi lebih banyak secara reproduktif dalam kelangsungan hidup keturunannya.
Studi ini merupakan bagian dari Australian Sex Survey, sebuah proyek penelitian tentang seksualitas dan identitas gender.
Whyte mencatat, karena kesimpulan penelitian ini diambil dari pengguna layanan kencan online, mereka mungkin tidak sepenuhnya mewakili masyarakat luas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja