Suara.com - Aksi Kapten Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo menggeser dua botol Coca-Cola di hadapannya ketika konferensi pers Euro 2020 cukup menghebohkan. Karena, ia dikenal sebagai sosok yang konsisten menjalani gaya hidup sehat.
Apalagi, Ronaldo menggeser botol Coca-Cola yang ada di mejanya hingga tak terlihat di layar kamera dan sempat mengangkat botol berisi air putih sebagai gantinya.
Mulanya dilansir dari National Institute on Drug Abuse, minuman berkarbonasi ini ditemukan oleh John Stith Pemberton, seorang apoteker dari Atlanta, Georgia pada tahun 1885 dan dibeli oleh pengusaha Asa Griggs Candler.
John Pemberton membuat minuman berkarbonasi ini menggunakan kokain dalam bentuk ekstrak daun koka, sehingga ia memberi nama "Coca". Sedangkan, nama "Cola" berasal dari kacang kola yang mengandung kafein dan stimulan lainnya.
Saat John Pemberton menemukan minuman Coca-Cola ini, kokain masih legal dan menjadi bahan umum dalam obat-obatan. Sehingga, ia mengira penggunaan kokain dalam jumlah kecil masih tergolong aman.
Pertama kali dipasarkan, Coca-Cola diklaim sebagai minuman kesehatan dan diiklankan sebagai obat paten. Obat paten adalah kombinasi dari bahan eksotis dan senyawa obat, yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
John Pemberton mengklaim Coca-Cola adalah minuman yang bisa mengatasi sakit kepala, sakit perut dan kelelahan. Tapi, minuman ini mengandung bahan-bahan yang membuat ketagihan, termasuk kokain dan opium, serta unsur-unsur beracun lainnya, seperti merkuri dan timbal.
Sayangnya, obat-obat paten di abad ke-19 tidak diatur seperti obat-obatan sekarang ini. Jadi, semua orang bisa mengklaim produknya memiliki manfaat kesehatan tanpa harus membuktikan keefektifannya atau mengungkapkan risikonya.
Pada tahun 1891, beberapa orang Amerika pun mulai menentang bahan adiktif dalam obat paten. Sehingga, Coca-Cola pun mulai mengubah formulanya dan klaim kesehatannya.
Baca Juga: Direktur AIIMS: Perilaku Manusia Berdampak Besar pada Sebaran Virus Corona
Jumlah kokain di Coca-Cola berkurang dari waktu ke waktu, sampai akhirnya kandungan ini dihilangkan dari minuman berkarbonasi tersebut tahun 1929.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental