Suara.com - Orang yang sejak awal memiliki kecemasan sosial mungkin mengalami tekanan lebih berat setelah pandemi. Hal ini disebabkan oleh pemakaian masker yang digunakan untuk melindungi diri dari virus corona.
Melansir dari Medical Xpress, sebuah makalah yang ditulis oleh para peneliti dari Departemen Psikologi bersama Pusat Penelitian dan Perawatan Kesehatan Mental Universitas Waterloo menggambarkan implikasi kecemasan akibat masker. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Anxiety, Stress, & Coping.
"Sedikit yang diketahui tentang efek peningkatan pemakaian masker pada interaksi sosial, kecemasan sosial, atau kesehatan mental secara keseluruhan," kata David Moscovitch, profesor psikologi klinis dan rekan penulis makalah tersebut.
"Mungkin banyak juga orang yang tidak berjuang dengan kecemasan sosial sebelum pandemi yang kemudian merasa lebih cemas daripada biasanya," imbuhnya.
Kecemasan sosial ditandai dengan persepsi diri yang negatif dan ketakutan bahwa penampilan atau perilaku seseorang akan gagal sesuai dengan harapan dan norma sosial. Gangguan kecemasan sosial adalah manifestasi ekstrem yang memengaruhi hingga 13 persen populasi.
"Kami menemukan bahwa penggunaan masker oleh orang-orang dengan kecemasan sosial kemungkinan besar dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang norma dan harapan sosial yang mungkin tidak konsisten dengan pedoman kesehatan masyarakat dan dapat sangat bervariasi menurut wilayah dan konteks," kata Sidney Saint, salah satu penulis studi tersebut.
Makalah ini juga menyoroti bahwa orang dengan kecemasan sosial mengalami kesulitan mendeteksi isyarat sosial yang ambigu dan cenderung menafsirkannya secara negatif. Orang-orang ini juga cenderung khawatir terdengar tidak dapat dipahami atau canggung.
"Kami percaya bahwa kedua masalah tersebut kemungkinan akan diperbesar kecemasan selama interaksi dengan masker," imbuh Saint.
Dampak lain yang disoroti adalah bahwa masker dapat berfungsi sebagai jenis strategi penyembunyian diri yang memungkinkan orang dengan kecemasan sosial untuk menyembunyikan kekurangan yang mereka rasakan sendiri. Oleh karena itu, keinginan untuk menyembunyikan diri dapat memotivasi penggunaan masker melebihi keinginan mereka untuk melindungi diri dari penularan.
Baca Juga: Berharap Pandemi Segera Berakhir, Patung Dewi Buddha di Jepang Dipakaikan Masker
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!