Suara.com - Setahun lebih pandemi, berbagai macam obat diklaim mampu menyembuhkan pasien Covid-19. Namun, sejatinya belum obat yang mampu mengatasi penyakit tersebut. Pemberian obat hanya berfungsi untuk meredakan gejala. Sejauh ini ada daftar sepuluh jenis obat untuk pasien Covid-19 yang populer seperti remdesivir dan hydroxychloroquine.
Media kesehatan Healthline menulis bahwa tidak ada obat Covid-19 yang ada hanya obat untuk pasien Covid-19 agar meredakan gejalanya. Kebanyakan orang hanya termakan informasi di internet terutama media sosial. Padahal tak semua informasi itu mengandung kebenaran.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) tidak merekomendasikan penggunaan obat tertentu untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Sebaliknya, lembaga justru mengirimkan surat peringatan bagi perusahaan yang melakukan kampanye berlebihan terkait sebuah obat yang diklaim bisa menyembuhkan pasien Covid-19.
Berikut penjelasan mengenai daftar 10 jenis obat untuk pasien Covid-19. Hari-hati obat-obatan ini tidak direkomendasikan.
1. Remdesivir
FDA hanya mengizinkan pemberian Remdesivir untuk pasien dengan gejala berat. Sebelumnya remdesivir digunakan untuk mengatasi virus ebola. Kemudian, hasil penelitian menunjukkan obat yang sama mampu membantu mempercepat pemulihan pasien Covid-19.
Namun, remdesivir tidak sepenuhnya aman. Obat ini menyebabkan peningkatan kadar enzim hati yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ tersebut.
2. Ciclesonide (Alvesco)
Ciclesonide merupakan obat untuk asma, tetapi belum terbukti efektif jika diberikan untuk pasien Covid-19. Sebaliknya, obat ini cenderung berefek buruk seperti menyebabkan gatal, ruam kulit, dan hidung tersumbat.
Baca Juga: Daftar Lengkap 184 Tempat Isolasi Terkendali Baru di DKI, Sekolah hingga Rumah Dinas Lurah
Di beberapa negara, Acetazolamide hanya dapat boleh digunakan untuk pengobatan hewan seperti mengatasi glaukoma, mengendalikan kejang, dan penyakit ketinggian. Bagi beberapa orang, obat ini bisa menimbulkan efek samping berbahaya seperti reaksi alergi, mati rasa, otot melemah, kesulitan bergerak, dan sensasi dering di telinga.
4. Chloroquine dan hydrochloroquine
Obat ini sebenarnya digunakan untuk mengobati malaria dan beberapa jenis gangguan autoimun. Obat ini dianggap kurang efektif untuk pasien Covid-19 karena belum ada riset yang cukup.
Sebaliknya penggunaan yang tidak tepat akan memicu gastrointestinal. gangguan irama jantung yang bisa menghambat aliran oksigen ke seluruh tubuh.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?