Suara.com - Jumlah pasien kanker yang datang terlambat ke rumah sakit semakin meningkat selama pandemi Covid-19. Akibatnya, banyak pasien datang sudah dalam kondisi parah.
Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSCM Prof. Dr. dr. Soehartati Gondhowiardjo mengatakan, terlambatnya pasien kanker ke rumah sakit sebenarnya telah menjadi masalah sejak lama, dan banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.
"Ada pasien kanker yang datang itu (benjolan kanker) sudah besar sekali. Ada anak yang di kakinya ada tumor sebesar kepala bayi. Jadi mau dikatakan masalahnya ada di mana, ya di banyak faktor."
"Mulai dari pasien takut untuk datang, kemudian fasilitas kesehatan juga sekarang penuh dengan covid, transportasinya juga tidak mudah," ucap sokter yang akran disapa prof Tati itu dalan webinar daring bersama cancer club CISC, Selasa (27/7/2021).
Ia menyebut, sebelum terjadi pandemi Covid-19, jumlah pasien yang datang terlambat ke rumah sakit mencapai 13,6 persen. Keadaan saat ini mungkin semakin memburuk hingga keterlambatan pasien naik sampai 52 persen.
Ketakutan datang ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan kanker memang sudah terjadi di masyarakat sejak dulu. Akan tetapi, semakin diperparah akibat banyaknya rumah sakit yang penuh dengan pasien Covid-19.
"Walaupun kita sudah berkali-kali mengatakan, pasien kanker bisa datang ke rumah sakit. Namun di second cases saat ini, lebih sulit kita mengatakan hal seperti itu," ungkapnya.
Ada berbagai risiko yang akan dihadapi pasien kanker jika terlambat mendapat pengobatan medis. Prof Tati menyampaikan bahwa semakin pasien datang ke RS dalam kondisi lanjut, itu akan semakin sulit untuk diobati.
Sehingga, hasilnya juga kemungkinan jadi kurang baik. Selain itu, biasanya biaya akan semakin mahal.
Baca Juga: Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Tambah Kapasitas IGD Pasien Covid-19
Kanker sebenarnya bukan hanya menjadi beban finansial bagi orang yang terdiagnosis, kata prof Tati. Tetapi pembiayaan yang dikeluarkan negara melalui BPJS kesehatan juga cukup tinggi.
Kanker menjadi penyakit kedua, setelah kanker, yang paling banyak menelan biaya dari BPJS kesehatan.
Data BPJS kesehatan pada 2019, dari 101,86 triliun dana yang disiapkan, 17 persen di antaranya atau sebanyak 17, 3 triliun, digunakan untuk pengobatan kanker.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia