Suara.com - Skandal foto mesra dan video ciuman bibir diduga antara Adhisty Zara dan Niko Al Hakim terus menjadi perbincangan masyarakat.
Bukan hanya ditarik ke ranah norma, skandal tersebut juga sudah dibawa ke ranah asusila dan hukum. Apalagi Zara saat ini masih berusia 18 tahun dan Niko sudah 27 tahun.
Pertanyaannya kini, apa yang membuat remaja seperti seusia Zara menyukai lelaki atau sosok yang jauh lebih dewasa daripada dirinya?
Dikatakan Psikolog Klinis Hilda Rosa Ainiyah, dalam teori psikologi, ada namanya yang disebut sebagai fase eksistensi remaja. Fase ini sangat penting, Karena pada fase ini, remaja umumnya ingin meningkatkan eksistensi diri di hadapan orang lain.
“Yang banyak dilakukan anak zaman sekarang, dulu remaja itu menampilkan identitas eksistensinya lewat lomba. Tapi seiring berjalannya waktu, remaja sekarang lebih mudah menunjukannya lewat media sosial,” ungkapnya saat dihubungi Suara.com, Sabtu (31/7/2021).
Sayangnya, lanjut Hilda, anak remaja kadang merap kesulitan membatasi diri. Sehingga belum tahu mana batasan yang perlu dilakukan di depan orang lain, pun mana yang patut dilakukan maupun tidak.
“Remaja yang punya karakteristik emosi yang belum matang, pengambilan keputasannya juga belum matang, mereka masih baru mulai memahami dirinya sendiri."
"Tapi mereka punya tuntutan untuk menunjukkan identitas dirinya. Karena itu mereka kurang adanya batasan. Seperti mana yang bisa tunjukkan, mana yang tidak bisa ditunjukkan. Di situlah kenapa banyak remaja yang belum paham,” lanjutnya.
Ketika eksistensi remaja yang ditunjukkan didakwa dapat merusak moral dan tidak sesuai etika sosial, maka secara konsensus umum, tindakan tersebut akan dinilai tidak pantas untuk dibagikan ke media sosial.
Baca Juga: Video Ciuman Adhisty Zara Tersebar, Ibunda Akui Anaknya Salah: Tak Patut Ditiru
Selama tidak melanggar norma sosial, hubungan percintaan tak akan dibatasi oleh patokan sosial, baik itu terkait usia, latar belakang hingga status ekonomi.
Namun tentu saja, masih ada yang perlu dibatasi termasuk perilaku, seperti, lanjut Hilda, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
“Tergantung orangnya masing-masing sebenarnya. Akan tetapi yang perlu dilakukan adalah pembatasan perilakunya. Seperti batasan seksual misalnya,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Inikah Kata-kata yang Bikin Keponakan Prabowo Mundur dari DPR?
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Harganya Tembus Rp 2.095.000 per Gram
-
Pede Tingkat Dewa atau Cuma Sesumbar? Gaya Kepemimpinan Menkeu Baru Bikin Netizen Penasaran
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas