Suara.com - Kesulitan bernapas akibat asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), biasanya bisa diatasi dengan salbutamol atau inhaler. Tapi, efek samping dari penggunaan inhaler ini bisa mencakup kegoyahan, detak jantung cepat, sakit kepala, dan kram otot.
Inhaler bekerja dengan mengendurkan otot-otot saluran udara ke paru-paru. Kondisi ini bisa membantu meringankan gejala sesak napas, batuk, dan mengi.
Tapi, NHS mengakui penggunaan inhaler cukup sulit. Karena, kesalahan dalam tekniknya bisa membuat obat yang masuk ke paru-paru hanya sedikit. Dalam hal ini, salbutamol memang dianggap lebih aman dan efektif dengan lebih sedikit efek samping.
Meski begitu, Anda juga perlu konsultasi dengan dokter bila terjadi efek samping serius. Misalnya, nyeri atau kelemahan otot dan detak jantung tidak normal bisa menjadi tanda peringatan kadar kalium.
Efek samping lain yang berisiko adalah kepala yang terasa sangat pusing dan pingsan setelah menggunakannya. Segala jenis nyeri dada yang disertai dengan detak jantung yang cepat atau tidak normal juga perlu didiskusikan dengan dokter Anda.
Bahkan, sakit kepala yang sangat buruk perlu dikonsultasikan dengan profesional medis. Beberapa orang mungkin memiliki reaksi alergi terhadap salbutamol, yang memerlukan pertolongan medis segera.
Tanda-tanda reaksi alergi termasuk kulit gatal, merah, bengkak, melepuh atau mengelupas. Indikasi lain dari reaksi alergi terhadap obat termasuk kesulitan bernapas atau berbicara.
Selain itu, mulut, wajah, bibir, lidah atau tenggorokan Anda mungkin mulai membengkak setelah menggunakan inhaler. Pada efek samping sedang, seperti pening, NHS memberikan panduan tentang cara terbaik untuk mengatasi efek samping tersebut.
"Perhatikan gejala asma atau COPD Anda membaik hanya dengan 1 isapan inhaler atau tidak. Jika Anda membutuhkan 2 isapan untuk meredakan gejalanya. Pening yang Anda rasakan akan hilang setelah beberapa saat," jelas NHS dikutip dari Express.
Baca Juga: Penelitian Amerika Sebut Llama, Alpaca dan Unta Punya Nanobodi Melawan Virus Corona
Jika Anda mengalami detak jantung terlalu cepat, segeralah konsultasi dengan dokter secara teratur. Jika Anda mengalami sakit kepala saat menghirup inhaler, Anda disarankan untuk beristirahat dan minum banyak cairan, sambil menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG