Suara.com - Mutasi virus corona varian delta diduga menjadi sebab melonjaknya penularan Covid-19 di berbagai negara termasuk Indonesia. Varian delta ini bahkan juga menyebar di lebih dair 90 negara di dunia.
Banyak orang kemudian bertanya-tanya, apakah sebenarnya ada vaksin Covid-19 yang efektif melawan varian delta. Sebuah studi tersebut, mengungkap bahwa vaksin Moderna disebut paling efektif.
Para peneliti menemukan keefektifan vaksin Pfizer terhadap Covid-19 turun drastis bulan lalu ketika strain varian Delta mulai berkembang, menurut dua laporan yang diterbitkan di medRxiv pada hari Minggu yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Efektivitas vaksin Pfizer turun menjadi 42 persen pada Juli, turun dari 76 persen pada awal 2021, menurut studi tersebut.
Selama periode yang sama, penelitian menemukan efektivitas vaksin Moderna turun menjadi 76 persen dari 86 persen.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 50.000 pasien di Mayo Clinic Health System, yang menjalankan rumah sakit di Minnesota, Iowa dan Wisconsin.
Kedua vaksin masih tetap efektif mencegah rawat inap akibat COVID, menurut Dr. Venky Soundararajan, yang memimpin studi Mayo.
Namun, dia mengatakan suntikan booster Moderna mungkin diperlukan segera bagi mereka yang menerima vaksin Pfizer dan Moderna awal tahun ini.
Itu terjadi ketika kasus Covid-19 melonjak, dengan Amerika Serikat melihat 100.000 kasus baru per hari untuk pertama kalinya sejak Februari.
Baca Juga: Banyuwangi Terima 5.796 Dosis Vaksin Moderna untuk Nakes
Sementara kasus baru mencapai posisi terendah 11.000 per hari pada bulan Juni, lonjakan yang mengkhawatirkan didorong oleh varian Delta yang sangat menular, yang pertama kali muncul di India pada bulan Desember.
Strain Delta sekarang menyumbang sekitar 93 persen infeksi baru di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Kasus-kasus terutama meledak di negara bagian Selatan, di mana beberapa ahli mengatakan tingkat vaksinasi tertinggal.
Institut Kesehatan Nasional/AFP melalui Getty Images
Louisiana saat ini memiliki tingkat infeksi tertinggi di negara itu, diikuti oleh Florida, Arkansas, Mississippi, Alabama, Oklahoma dan Missouri, menurut angka federal.
Para pejabat di beberapa negara bagian mengatakan tingkat infeksi yang meningkat dengan cepat memenuhi tempat tidur rumah sakit dan mengancam akan membanjiri sistem perawatan kesehatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat