Suara.com - Bakteri Legionella adalah salah satu bakteri mematikan yang ditemukan di kereta Thameslink, Serikat Pekerja Kereta Api, Maritim dan Transportasi Nasional (RMT) Inggris. Ribuan orang terinfeksi bakteri tersebut setiap tahunnya dan bisa berakibat fatal bila tak diobati.
Thameslink telah mengonfirmasi jumlah jejak bakteri Legionella yang ditemukan di 7 toilet pada 4 kereta. Sebelumnya, toilet sudah dikeringkan oleh serikat pekerja RMT.
Serikat pekerja RMT telah mengancam akan melakukan aksi mogok, karena ancaman bakteri Legionella itu terhadap pekerja. Tapi, operator kereta mengatakan bahwa tidak ada kasus bakteri Legionella yang tercatat penularannya terjadi di kereta.
Serikat pekerja telah menyerukan pertemuan mendesak dengan Komite Keamanan Bersama Thameslink. Ia mengklaim bakteri Legionella telah meningkatkan kekhawatiran selama berminggu-minggu sekarang ini.
Bakteri Legionella adalah bakteri yang menyebabkan infeksi paru-paru, yang bisa disebut penyakit Legionnaires dan bisa berakibat fatal bila tak diobati.
Bakteri Legionella banyak ditemukan di sumber air, termasuk sungai dan danau. Terkadang bakteri Legionella juga bisa masuk ke persediaan air buatan manusia.
Penyakit legiuner adalah bentuk pneumonia yang parah dan seringkali mematikan. Ada antara 4.000 hingga 6.000 kasus penyakit Legionnaire yang tercatat setiap tahun di Inggris.
Tapi dilansir dari Express, hanya ada 503 kasus infeksi bakteri Legionella yang dikonfirmasi pada 2019. Anda bisa tertular penyakit ini bila Anda menghirup tetesan air kecil yang mengandung bakteri.
Umumnya, bakteri Legionnela ini terperangkap di tempat-tempat seperti hotel, rumah sakit atau kantor yang mana bakteri bisa masuk ke pasokan air.
Baca Juga: Peneliti: Virus Corona 'Covid-22' Bisa Lebih Mematikan dan Kebal Terhadap Vaksin
Jika Anda kontak dengan bakteri dan mengembangkan penyakit Legiuner, Anda bisa mengalami gejala berupa batuk, kesulitan bernapas, nyeri dada, demam tinggi dan gejala mirip flu.
Beberapa pasien mungkin juga mengalami nyeri otot. Penyakit ini dapat diobati jika terdeteksi lebih awal dan ditangani dengan antibiotik intravena, memakai oksigen melalui masker wajah atau tabung di hidung, dan menggunakan mesin untuk membantu Anda bernapas.
Saat Anda mulai membaik, Anda mungkin bisa minum tablet antibiotik di rumah. Pengobatan antibiotik biasanya berlangsung selama 1 hingga 3 minggu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Prabowo Disebut Reshuffle Kabinet Sore Ini! Ganti 4 Menteri, Menhan Rangkap Menkopolhukam
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien