Suara.com - Kebiasaan menggemeretakkan, mengatupkan ataupun menggesekkan gigi secara berlebihan disebut dengan bruxism. Kondisi ini cukup umum dan dapat memengaruhi orang dewasa maupun anak-anak, baik saat terjaga atau tidur.
Bagi banyak orang, kondisi ini bukan masalah medis. Tetapi bagi sebagian orang, hal itu dapat menyebabkan masalah nyata, seperti sakit kepala, nyeri rahang dan gigi rusak.
Menurut Katayoun Omrani, seorang dokter gigi yang mengkhususkan diri pada nyeri orofasial di Cedars-Sinai Pain Center di Los Angeles, ada dua jenis bruxism, yaitu bruxism saat bangun (awake bruxism) dan bruxism saat tidur (sleep bruxism).
Awake bruxism adalah ketika orang mengatupkan gigi saat terjaga, dan sleep bruxism adalah ketika mereka mengatupkan atau menggertakkan gigi saat tidur.
"Pemicu utama bruxism mungkin cukup jelas, stres dan kecemasan adalah penyebab utama," kata Omrani dikutip dari Live Science.
Tetapi faktor lain dapat berperan, seperti penggunaan antidepresan, menurut tinjauan sistematis laporan kasus yang diterbitkan dalam jurnal Neurology Clinical Practice.
"Itulah pertanyaan yang selalu saya tanyakan: Sudah berapa lama Anda menggunakan obat ini, dan apakah Anda merasa bruxism Anda memburuk sejak Anda menggunakan obat ini? Sebagian besar, saya menemukan hubungan," kata Omrani.
Merokok, minum banyak kafein atau alkohol, dan refluks asam juga dapat meningkatkan risiko bruxism seseorang, katanya. Terlepas dari kecurigaan bahwa sleep apnea meningkatkan risiko sleep bruxism, ulasan tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Sleep and Breathing tidak menemukan hubungan yang meyakinkan antara keduanya.
Bruxism bisa menyebabkan sakit leher, sakit rahang, sakit kepala, garis gusi yang surut dan kerusakan pada gigi yang mungkin memerlukan perawatan saluran akar atau pencabutan gigi.
Baca Juga: Bikin Penggemar Histeris, Jimin BTS Berencana Pasang Behel Gigi Tahun Ini
Saraf di gigi bisa sangat teriritasi, bahkan, seseorang mungkin memerlukan saluran akar, kata Omrani. "Gejala-gejala ini biasanya dikaitkan dengan sleep bruxism daripada awake bruxism," tambahnya.
Perawatan Bruxism
Perawatan untuk awake bruxism lebih sederhana. Anda bisa terus menerus mengingatkan diri untuk memisahkan gigi sehingga tidak menggertakkannya.
Selain itu pergi ke psikolog nyeri untuk mengidentifikasi apa yang memicu kertakan gigi mereka dan untuk mempelajari manajemen stres.
Sedangkan mengobati sleep bruxism memerlukan teknik yang berbeda. Pertama dan terpenting, Omrani merekomendasikan untuk memakai pelindung gigi pada malam hari, yang seperti pelindung mulut khusus yang Anda pakai di malam hari.
Benda tersebut tidak akan menghentikan bruxism, tetapi dapat melindungi gigi dan otot rahang. Di sisi lain, pasien dapat baralih ke jenis antidepresan yang berbeda maupun mengonsumsi obat pelemas otot untuk diminum di malam hari.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah