Suara.com - Seiring bertambahnya usia, seseorang akan mengalami banyak perubahan pada tubuhnya, salah satunya kesehatan dan kekuatan otot. Perubahan ini tentu akan berdampak pada mobilitas sehari-hari.
Tapi, ada satu buah yang bisa membantu menjaga kesehatan otot dan mencegah perubahan kondisi lainnya yang terkait dengan penuaan, yakni buah delima.
Ilmuwan mengatakan bahwa salah satu molekul utama dalam buah delima bisa memungkinkan otot untuk melindungi diri dari penyebab utama penuaan.
Molekul Urolithin A (UA) ini merupakan produk sampingan kimia yang dibuat oleh tubuh setelah mengonsumsi buah delima. Molekul ini bisa membantu melawan efek penuaan yang terkait dengan hilangnya otot.
Para ilmuwan menemukan bahwa molekul tersebut mampu membangun kembali kemampuan sel untuk mendaur ulang mitokondria dalam sel-sel tubuh.
Sebuah tim peneliti dari Ecole Polytechnique Fédérale de Lausanne telah menemukan molekul UA mampu menentukan efek senyawa pada hewan yang berbeda.
Mereka pun mencatat bahwa cacing yang makan buah delima memiliki peluang hidup rata-rata 45 persen lebih lama dibandingkan cacing yang tidak mengonsumsi buah tersebut.
Setelah peneliti memberikan UA pada tikus, hewan tersebut mampu berlari 42 persen lebih jauh dari sebelumnya.
Para peneliti mencatat bahwa kinerja hewan meningkat setelah mengonsumsi buah delima tanpa perubahan signifikan dalam ukuran otot. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas otot telah meningkat.
Baca Juga: Taat Protokol Kesehatan Jadi Satu-satunya Cara Cegah Gelombang Ketiga Virus Corona
Setelah diperiksa lebih dekat, tim menemukan bahwa UA meningkatkan sel otot dengan menghilangkan mitokondria yang rusak, yang merupakan pembangkit tenaga sel.
Ketika mitokondria yang rusak ini dibersihkan, mitokondria sehat yang tersisa berkembang biak sehingga otot menghasilkan lebih banyak energi dan bekerja lebih efisien.
"Ini adalah satu-satunya molekul yang bisa meluncurkan kembali proses pembersihan mitokondria yang dikenal sebagai mitofag," kata Patrick Aebischer, salah satu penulis studi tersebut dikutip dari Express.
Menurut Patrick, molekul ini adalah zat yang sepenuhnya alami dan efeknya pun sangat kuat serta terukur.
Chris Rinsch, yang juga terlibat dalam penelitian pun menyarankan seseorang harus minum empat gelas besar jus delima setiap hari untuk mendapatkan dosis UA setara dengan yang diberikan pada tikus dalam penelitian tersebut.
Dia menjelaskan bahwa fungsi molekul AS turun hingga puluhan juta tahun dari evolusi paralel antara tumbuhan, bakteri, dan hewan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan