Suara.com - Isu mikroplastik menjadi pembicaraan hangat terutama terkait dengan air minum dalam kemasan. Pada 2018, riset yang dilakukan peneliti dari Departemen Kimia, State University of New York, Amerika Serikat--yang dipublikasikan oleh banyak media—menemukan bahwa 93 persen air minum dalam kemasan botol plastik mengandung mikroplastik.
Ternyata mikroplastik bukan hanya terdapat di pada botol air minum dalam kemasan. Hasil pengujian Greenpeace Indonesia bekerja sama dengan Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Indonesia menunjukkan bahwa air minum dalam kemasan galon sekali pakai mengandung partikel mikroplastik berukuran rata-rata 25,57 mikrometer sampai 27,06 mikrometer. Demikian dalam keterangan yang diterima Suara.com, Seni, (27/9/2021).
Laporan itu juga mengungkap bahwa orang Indonesia rata-rata mengonsumsi air minum dalam kemasan, baik itu dalam kemasan botol, galon isi ulang, maupun galon sekali pakai sebanyak 1,89 liter per hari. Itu berarti orang Indonesia terpapar mikroplastik rata-rata sebanyak 0,37 miligram sampai 9,45 miligram per hari.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2018 pernah merilis pernyataan bahwa belum ada studi ilmiah yang membuktikan bahaya mikroplastik bagi tubuh manusia.
Komite ahli gabungan FAO dan WHO sejauh ini juga belum mengevaluasi toksisitas mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
Oleh karena itu BPOM mengimbau konsumen tetap tenang karena keamanan dan mutu produk air minum dalam kemasan yang beredar di Indonesia sudah diatur oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).
Sementara itu, ahli saraf dari Universitas Indonesia Pukovisa Prawiroharjo, yang berbicara dalam webinar yang diadakan Greenpeace, juga mengakui belum adanya uji klinis di dunia ini atas dampak paparan mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
Artinnya sejauh ini yang mengemuka barulah sebatas asumsi bahwa akumulasi mikroplastik dalam tubuh manusia dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
WHO sendiri, menurut Peniliti dari Universitas Indonesia Dr. Agustino Zulys Galon, telah menetapkan ambang batas berbahaya paparan mikroplastik, yakni 20 miligram per liter.
Baca Juga: Sakit Kepala saat WFH Bisa Terjadi Akibat Dehidrasi, Berapa Banyak Air yang harus Diminum?
Jika melihat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa air minum kemasan dalam galon sekali pakai paling banyak mengandung 9,45 miligram per liter, maka kandungan kontaminan tersebut masih di bawah ambang batas berbahaya yang disampaikan WHO.
Dari pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Indonesia, juga bisa mengetahui bahwa tidak ada air minum dalam kemasan yang sama sekali terbebas dari partikel mikroplastik.
Artinya, mikroplastik adalah kontaminan yang mau tidak mau ada dalam air minum yang dikemas dalam wadah berbahan plastik.
Bahkan, pengujian itu juga mengungkap bahwa sumber air di alam (UI menguji sampel dari Situ Gunung, Puncak, dan Sentul) tetap mengandung kontaminan mikroplastik meskipun dalam jumlah yang lebih kecil, yakni 32,5 juta partikel mikroplastik per liter dengan ukuran rata-rata antara 19,7 mikrometer hingga 2.106 mikrometer. Agustino Zulys mengatakan bahwa kita tidak bisa terhindar dari meminum air yang ada mikroplastiknya.
Jika ingin terhindar dari mikroplastik, menurut Agustino, kita harus berepot-repot menyuling air dan kemudian menempatkan air hasil sulingan itu di wadah yang tidak terbuat dari plastik.
Sebab, meskipun kemasan plastik terlihat rigit, plastik dalam ukuran mikroskopik adalah untaian-untaian polimer yang karena pergeseran dan panas bisa runtuh dan kemudian berada di dalam air itu sendiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya