Suara.com - Indonesia mengalami penurunan kasus Covid-19 yang cukup signifikan dalam 3 bulan terakhir. Meski begitu Satuan Tugas Penanganan Covid-19 meminta masyarakat untuk tidak lengah dan tetap waspada.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini penularan kasus di Indonesia cukup rendah, dengan rata-rata 700 kasus perhari.
Sementara angka kesembuhan pun sudah berada di angka 96,33 persen. Perkembangan baik ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan, bahkan meliputi pelaksanaan kegiatan berskala nasional dan persiapan kegiatan berskala internasional.
"Hal inilah yang membuat perkembangan baik ini diakui dunia. bahkan Center for Disease Control (CEC) saat ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level 1," Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (2/11/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Wiku mengapresiasi seluruh lapisan masyarakat atas pencapaian baik ini. Karena pencapaian ini diraih melalui upaya berlapis yang terus-menerus dan kontribusi semua pihak, termasuk pembatasan mobilitas dan juga peningkatan cakupan vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan pada kegiatan masyarakat.
Meski demikian, Indonesia perlu mencermati perkembangan kasus COVID-19 secara global. Karena beberapa negara yang tidak melakukan upaya secara menyeluruh akan berpotensi kembali meningkatnya kasus. Seperti di Australia, Singapura dan Vietnam. di mana kasus COVID-19 membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ditekan, dengan jumlah kasus tidak lebih dari 50 per harinya.
Australia dan Singapura bahkan cakupan vaksinasinasinya, melebihi 60 persen penduduk. Namun akibat varian Delta, begitu pembukaan aktivitas justru kasusnya langsung naik tajam hingga 40 - 90 kali lipat.
"Hal ini menandakan upaya pembatasan mobilitas yang sangat ketat dan peningkatan cakupan vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk menekan kasus. Karena negara yang melakukan keduanya nyatanya tetap meningkat kasusnya karena aktivitas masyarakat yang tidak sejalan dengan disiplin protokol kesehatan," tegas Wiku.
Selanjutnya, mencermati perkembangan di Israel, Rumania dan Ukraina. Meskipun ketiganya telah melewati lonjakan kasus pertama dan kedua, nyatanya lonjakan kasus ketiga masih terjadi baru-baru ini. Padahal dengan tingginya warga terkena COVID-19, seharusnya imunitas di tengah masyarakat telah terbentuk sehingga dapat menekan penularan selanjutnya.
Baca Juga: Bakal Kembali ke PPKM Darurat jika Covid-19 Melonjak, Wagub DKI Minta Jangan Abai Prokes
Melihat hal ini, artinya negara yang telah mengalami lonjakan kasus pertama dan kedua pun belum tentu terbebas dari lonjakan ketiga. Apabila upaya disiplin protokol kesehatan dan peningkatan cakupan vaksinasinya tidak dilakukan dengan baik.
Sementara melihat apa yang dilakukan Indonesia, pada lonjakan kedua pemerintah menerapkan upaya yang berlapis dan menyeluruh. Ada 5 hal yang dilakukan Indonesia hingga penanganan COVID-19 membaik dan penularan kasus rendah.
Pertama, tingginya kasus positif pada lonjakan kedua menyebabkan meningkatnya jumlah penyintas COVID-19 sehingga kekebalan alami tubuh penyintas meningkat.
Kedua, meningkatnya usaha dan cakupan program vaksinasi yang cukup signifikan dalam waktu cepat. Sehingga berkontribusi membentuk kekebalan tubuh masyarakat yang dibuktikan dengan data sero surveilans.
Ketiga, upaya pembatasan aktivitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Upaya ini terus dievaluasi setiap 2 minggu agar efektif menekan penularan.
Keempat, upaya pembatasan mobilitas yang tidak hanya dilakukan antar wilayah di Indonesia namun juga dari luar negeri semakin meminimalisir potensi penularan kasus importasi.
Berita Terkait
-
Mengenal COVID-19 'Stratus' (XFG) yang Sudah Masuk Indonesia: Gejala dan Penularan
-
Kenali Virus Corona Varian Nimbus: Penularan, Gejala, hingga Pengobatan Covid-19 Terbaru
-
Mengenal Virus Corona Varian Nimbus, Penularan Kasus Melonjak di 13 Negara
-
Kasus Kembali Meledak di Jakarta, Pramono Anung: COVID-19 Urusan Menkes!
-
Waspada Covid-19, Pakar Paru Sarankan Pemerintah Kembali Beri Vaksin Untuk Kelompok Rentan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan