Suara.com - Kanker prostat merupakan jenis kanker yang ditemukan paling tinggi ketiga di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian dari American Institute for Cancer Research mengatakan, kanker prostat merupakan kanker kedua paling umum terjadi pada lelaki di dunia.
Kebanyakan yang mengalami penyakit ini, mereka yang berada di usia sekitar 60 tahun. Meski demikian, lelaki muda pun juga mengalami hal serupa, di mana ini terjadi lebih cepat bagi lelaki berusia 15-40 tahun.
Di Indonesia sendiri, Global Cancer Statistic menunjukkan, kanker prostat merupakan kanker kelima dengan jumlah kasus sebanyak 13.563 pada tahun 2020, sebagaimana yang dilansir dari data International Agency for Research on Cancer dari WHO.
Melansir dari keterangan rilis yang diterima Suara.com, Jumat (19/11/2021), Dokter Spesialis Onkologi Radiasi sekaligus Ketua Umum PORI Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, mengatakan, terlepas dari tingginya angka kasus kanker prostat pada lelaki di Indonesia, 70 persen lelaki yang terdiagnosa baru mencari pengobatan medis ketika sudah terlambat.
Menurutnya, kebanyakan pasien mencari pengobatan ketika mereka sudah mencapai stadium akhir kanker.
Selain itu, kanker prostat merupakan jenis kanker yang berkembang di area kelenjar prostat, dan mulai muncul ketika sel-sel dalam kelenjar tumbuh di luar kendali. Tak hanya itu, kelenjar ini juga memproduksi cairan yang merupakan bagian dari air mani.
Ada beberapa jenis kanker prostat, mulai dari adenocarcinomas, sel carcinomas kecil, tumor neuroendocrine, sel transisi carcinomas, dan sarcomas.
Kebanyakan kasus kanker prostat berasal dari jenis kanker s adenocarcinomas, sementara jenis lainnya terbilang langka.
Terlepas dari tingginya tingkat terjadinya kanker prostat pada lelaki secara global, para peneliti tidak mengetahui secara pasti apa penyebab dari kanker prostat. Namun, beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, misalnya mutasi gen, ras, dan pola diet. Apabila seseorang memiliki sejarah kanker prostat dalam keluarga, maka ada kemungkinan besar memiliki gen yang dapat mengakibatkan kanker prostat.
Baca Juga: Kasus Kanker Paru-paru Tinggi Pada 2020, Kenali 5 Penyebabnya!
Menurut dr. Soehartati Argadikoesoema, dari banyak kasus kanker prostat umumnya tidak bergejala, khususnya pada stadium awal. Adapun gejala yang muncul pada stadium lanjut adalah terjadinya masalah urinasi, termasuk buang air kecil lebih lambat, atau lebih sering pada malam hari.
Karena tidak dapat dideteksi dini berdasarkan gejala atau keluhan yang dialami, penting untuk lelaki lakukan pemeriksaan sedini mungkin. Sebab, ini dapat membantu lelaki mendapatkan pengobatan lebih baik.
Selain itu, lingkungan sekitar yang mendukung juga sangat berpengaruh terhadap kecenderungan para lelaki, khususnya yang memiliki potensi tinggi terkena kanker prostat, untuk mencari bantuan profesional agar dapat dideteksi sedini mungkin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030