Suara.com - Bicara tentang stres, ada istilah stres baik dan juga stres buruk, yakni eustress (stres baik) dan distress (stres buruk).
Contoh stres baik, misalnya, rasa tegang yang kita alami sebelum ujian, yang sesingguhnya memotivasi kita untuk melakukan upaya terbaik demi mendapat nilai bagus. Atau ketegangan sebelum melakukan presentasi penting, yang membuat kita mengulang-ulang apa yang akan dipresentasikan agar tidak membuat kesalahan.
Sedangkan stres buruk, misalnya, seperti yang banyak terjadi di tengah kondisi pandemi ini. Paparan visual mengerikan yang kita lihat di televisi, yang membuat kita sangat ketakutan, jika terjadi secara terus-menerus akan membuat kita menjadi tertekan. Hal ini bisa jadi merupakan awal dari ketidakseimbangan, dan bisa membuat seseorang pada akhirnya mengalami depresi.
Melansir dari Healthshots, seseorang yang dalam keluarganya memiliki riwayat penyakit kejiwaan, maka kemungkinan besar orang tersebut lebih mudah mengalami depresi dibandingkan mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat tersebut.
Rangsangan stres yang terjadi terus-menerus, bisa memicu ketegangan, dan membuat seseorang bereaksi negatif yang pada akhirnya membuatnya menjadi tidak sehat secara mental.
Penyakit kejiwaan yang paling umum adalah depresi. Tapi, kasus kecemasan dan gangguan obsesif-kompulsif, serta kecanduan dan masalah tidur juga semakin meningkat. Begitu juga dengan gangguan makan.
Hal ini sangat umum terlihat pada orang dewasa muda, karena pada kelompok usia itulah penyakit kejiwaan mulai bermanifestasi.
Lalu, bagaimana cara mengontrol stres?
Mungkin, yang paling penting adalah kesadaran dan edukasi mengenai hal ini. Stres perlu kita akui keberadaannya dan fakta bahwa ini memang terjadi di setiap status ekonomi. Stres juga bisa terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, dan ini bukanlah tanda kelemahan.
Baca Juga: 9 Jenis Gangguan Mental, Kenali Cirinya Selain Depresi dan Cemas!!
Stres juga bukan pertanda bahwa pola asuh yang Anda dapatkan itu buruk. Itu adalah sebuah kondisi seperti penyakit fisik lainnya.
Dan sama seperti Anda akan mencari bantuan dari ahli gastroenterologi jika mengalami masalah lambung atau mencari bantuan ahli saraf jika ada masalah neurologis, maka Anda harus mencari bantuan psikiater ketika ada masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Begitu kita mencari bantuan psikiater, ia akan mengevaluasi dan kemudian mencari tahu apa yang perlu dilakukan – apakah terapi, pengobatan atau keduanya.
Selain itu, ada beberapa hal yang juga penting untuk dilakukan guna mengurangi stres agar tidak berkepanjangan, antara lain:
- Tidur yang cukup
- Nafsu makan yang cukup
- Kurangi alkohol
- Tidak merokok atau menggunakan narkoba
- Manjakan diri dengan mengikuti aktivitas fisik seperti olahraga
- Jangan berkumpul dengan orang yang memberi afirmasi negatif
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?