Suara.com - Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kembali jadi sorotan. Ia baru-baru ini mengutarakan pendapatnya tentang varian Omicron dalam sebuah tayangan YouTube.
Komentaar tersebut kemudian viral. Pasalnya, Siti Fadilah mengatakan bahwa kemunculan varian Omicron didramatisasi.
"Nah omicron ini sebenarnya mutasinya karena spike protenin bukan dari virusnya, strainnya tetap strain Covid yang berubah sifatnya yang ada di ujungnya dari spike protein itu, kemudian mereka sebut sebagai omicron," ujar Siti Fadilah.
"Nah kemudian didramatisasi, kayanya mati loh kalau ada omicron. Jadi ini bukan virus baru hanya mutasi kecil saja, strainnya tetap," ujar Siti Fadilah.
Tapi, sebenarnya seberapa menular sih varian Omicron? Dikutip dari Patient.infdo, Profesor Rodney E. Rohde, seorang profesor ilmu laboratorium klinis dan spesialis penyakit menular di Texas State University mengatakan data awal menunjukkan bahwa Omicron bisa lebih cepat menyebar dan menular.
Bukti menunjukkan varian Omicron menularkan lebih banyak, dan lolos dari kekebalan yang dibangun secara alami dan melalui vaksin.
Varian Delta memiliki transmisibilitas tinggi, yang memungkinkannya menjadi varian virus yang dominan. Dibandingkan dengan Delta, belum diketahui seberapa menularnya Omicron. Namun, berita tentang seberapa baik penyebarannya mengkhawatirkan.
Dr Sarah Jarvis, Direktur Klinis Patient.info, menempatkan risiko dalam perspektif.
“Bahkan jika risiko satu orang yang terinfeksi dirawat di rumah sakit atau meninggal lebih rendah dengan Omicron dibandingkan dengan Delta, jumlah total orang yang terinfeksi yang jauh lebih tinggi masih bisa berarti tingkat kematian dan rawat inap yang sangat tinggi secara keseluruhan. Sebagian kecil dari jumlah yang besar adalah masih jumlah yang sangat besar."
Baca Juga: Perempuan Berhijab Bikin Video 'Bareng' Jungkook BTS, Warganet: Sungkem Suhu Ampun
Persisnya bagaimana varian Omicron menyebar mungkin juga berbeda dari satu negara ke negara lain, tergantung pada faktor-faktor seperti jumlah orang yang divaksinasi, tingkat kekebalan parsial dari infeksi sebelumnya dan varian mana yang sebelumnya beredar.
Kita hanya akan mengetahui tingkat sebenarnya dari transmisibilitas Omicron setelah para ilmuwan mengukur elemen dasar dari siklus hidupnya - masuk ke dalam sel, membuat lebih banyak virus, dan meninggalkan sel untuk ditransmisikan.
Setelah masing-masing tahap ini diukur di laboratorium, para ilmuwan dapat melaporkan aspek varian apa yang membuatnya lebih, atau kurang, menular.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia