Suara.com - Tujuan operasi katarak adalah untuk membalikkan penurunan penghilatan seiring bertambahnya usia. Masalah mata ini juga menjadi gangguan penglihatan tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 81%, menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes).
Katarak merupakan area abu-abu yang berkembang di lensa mata seseorang, seiring bertambahnya usia. Kondisi ini menyebabkan warna memudar dan penglihatan menjadi lebih kabur.
Operasi katarak, yakni mengganti lensa keruh ini dengan lensa buatan dapat memperbaiki penglihatan penderita.
Terkait hal ini, sebuah studi asosiasi baru menekankan manfaat tambahan dari operasi katarak terhadap kesehatan pasien, yakni mengurangi risiko demensia.
Meski terdengar aneh, gangguan sensorik dan hilangnya kemampuan penglihatan diketahui memengaruhi fungsi kognitif orang lanjut usia (lansia).
Jadi, peneliti dari University of Washington berhidpotesis bahwa lansia penderita katarak yang menjalani operasi mungkin memiliki risiko kecil terkena demensia, lapor Science Alert.
Untuk menguji hipotesis mereka, peneliti menganalisis data 3.038 peserta bebas demensia di atas usia 65 tahun yang menderita katarak. Dari peserta tersebut, sebanyak 853 mengembangkan demensia, 709 di antaranya adalah penyakit Alzheimer.
Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang menjalani operasi katarak hampir 30% berisiko kecil mengembangkan demensia, bahkan untuk 10 tahun ke depan. Hal itu juga berlaku untuk penyakit Alzheimer.
"Hasil ini konsisten dengan gagasan bahwa input sensorik ke otak penting untuk kesehatan otak," kata rekan penulis studi Eric Larson.
Baca Juga: Super Cepat, Operasi Katarak dengan Metode Phaco Cuma Butuh 15 Menit
Ada banyak alasan potensial mengapa ini bisa terjadi. Misalnya, menderita katarak dapat menyebabkan kesulitan bersosialisasi, sehingga penderita menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Pada akhirnya, masalah ini akan mengurangi aktivitas dan olahraga mereka, yang semuanya berhubungan dengan penurunan kognitif.
Atau, cara katarak merusak penglihatan dapat menyebabkan perubahan spesifik di otak, mempercepat beberapa mekanisme yang menyebabkan neuron bekerja kurang efisien dan menyebabkan peningkatan masalah kognitif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya