Suara.com - Kesehatan mental hingga healing jadi topik hangat yang kerap dibahas di kalangan anak muda generasi Z hingga milenial.
Tapi sayangnya, Ilmuwan Psikologi Klinis, Farah Djalal mengatakan ada halangan stigma yang membuat masyarakat enggan mendatangi pakar psikologi seperti psikolog atau psikiater.
Padahal kata Farah, orang-orang ini sadar betul sangat membutuhkan terapi atau berkonsultasi dengan pakar kesehatan mental. Alhasil, hanya bisa mengobati kondisi gangguan mentalnya dengan caranya sendiri.
"Yang mereka lakukan kemudian adalah dengan cara mereka sendiri, dengan meditasi, relaksasi, yoga, mendekatkan diri pada tuhan," ungkap Farah dalam acara konferensi pers Mental Movement #Pelarian di Jakarta Selatan, Rabu (19/1/2022).
Setelah berusaha mengatasi sendiri, orang tersebut masih saja merasa belum tuntas karena tindakan tersebut tidak menyentuh sumber masalah yang sebenarnya, yang umumnya bisa dilakukan psikolog maupun psikiater.
"Mereka tahu bahwa mereka harus datang ke profesional psikolog, jadi stigma di kultur Indonesia ini masih kuat banget. Nanti kalau ke psikolog saya gila, nanti di-brain wash, nanti melanggar aturan agama dan sebagainya," ungkap Farah.
Sehingga alih-alih menunggu sumber masalah jadi meluas, dan bisa lebih berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Bahkan menimbulkan gangguan mental yang lebih parah seperti depresi, gangguan kecemasan (anxiety) hingga burnout (kelelahan berlebihan), Farah menyarankan untuk datang ke psikolog atau psikiater sebelum masalah bertambah parah.
Apalagi pergi ke psikolog atau psikiater, kata CEO sekaligus Pengagas HatiPlong itu, laiknya sama seperti pergi ke dokter saat sakit fisik. Tapi kali ini yang sakit adalah mental ataupun pikiran.
Baca Juga: Stigma Negatif yang Bertebaran bila Kamu Melakukan Konseling, Abaikan saja
"Jadi sebenernya yang begitu ngerasa bahwa ada sesuatu yang mengganjal yang bikin hidup saya nggak plong atau nggak enak, dan apalagi jangan tunggu sampai menganggu keseharian kita, datang aja ke psikolog," tutup Farah.
Tag
Berita Terkait
-
Kepala 'Meledak' Gara-gara Stres? Ini 10 'Obat' Simpel yang Bisa Bikin Tenang Lagi
-
Stop Paksa Bahagia! Inilah Bahaya Tersembunyi dari 'Toxic Positivity' yang Wajib Kamu Tahu
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
SATUNAMA Yogyakarta: Rumah Antara yang Mendampingi Pemulihan Kesehatan Jiwa
-
Kepala 'Meledak' Gara-gara Overthinking? Ini 6 Jurus Jitu buat Bungkam Pikiranmu
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025