Suara.com - Siapa sangka, burnout tak hanya dapat mengancam kelompok pekerja dan pelajar saja, tetapi juga kalangan orangtua.
Burnout sendiri merupakan kondisi di mana seseorang merasa terjebak pada rutinitas, kemudian mengalami kelelahan secara mental dan butuh bantuan.
Seorang yang mengalami burnout bisa merasa pada titik tidak ingin lagi melakukan pekerjaan tersebut atau ingin melarikan diri dari situasi yang dihadapinya.
Burnout berbeda dengan stres. Stres yang negatif atau dikenal dengan distress akan membuat produktivitas seseorang menurun. Ketika tidak ada intervensi dan penyelesaiannya, maka distress akan berkembang menjadi burnout.
Jadi, bisa disimpulkan burnout merupakan tumpukan stres yang negatif dan tidak ditangani dengan tepat.
Meski awalnya banyak dipakai di kalangan para pekerja, seiring berjalannya waktu, kosakata burnout juga digunakan dalam dunia parenting, yakni parental burnout.
Berbicara dalam acara Instagram live bersama Teman Parenting awal Januari 2022 lalu, Psikolog Tatik Imadatus Sa’adati, S.Psi, M.Psi menjelaskan mengenai beberapa pencetus orangtua bisa mengalami burnout.
Di antaranya adalah orangtua yang belum siap memiliki anak, tidak ada support system yang baik, serta kurangnya memiliki pengetahuan tentang dunia parenting.
Selain itu, ada tiga tanda untuk mendeteksi orangtua mengalami parental burnout. Apa saja? Dikutip dari siaran pers Teman Parenting, Selasa (1/2/2022), berikut paparannya.
Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu! Ini 10 Tips Beri Hukuman Kepada Anak Tanpa Menyakiti Perasaan Mereka
1. Orangtua Lelah Secara Emosional
Walau secara fisik terlihat biasa saja, emosi orangtua yang mengalami burnout sebenarnya tidak stabil dan tidak terkendali.
Jika kelelahan terus menumpuk, akan ada fase di mana alam bawah sadar tidak bisa lagi mengontrol pikiran dan perasaan kita.
Ketika emosi sudah tidak stabil, maka otak depan akan kesulitan untuk memutuskan atau menyelesaikan sesuatu secara bijak.
2. Bersikap Negatif
Saat mengalami burnout, orangtua bisa bersikap negatif terhadap orang lain. Misalnya menjadi sinis, mudah marah, dan mudah tersinggung.
3. Produktivitas Menurun
Hal paling umum yang terjadi pada individu yang mengalami burnout adalah produktivitas yang menurun atau pencapaian individu yang berkurang.
Dalam kasus parenting, salah satu contohnya adalah orangtua menjadi suka overthinking atau berpikiran secara berlebihan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?