Suara.com - Para lelaki yang kecanduan melakukan hubungan seksual selalu didakwa sebagai sosok nakal dan kurang disiplin. Namun sebuah studi terbaru menunjukkan adanya alasan ilmiah bagi kondisi lelaki yang kerap merasa kurang puas di ranjang.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Endocrine Society’s Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menemukan bahwa lelaki dengan gangguan hiperseksualitas memiliki tingkat oksitosin yang jauh lebih tinggi dibanding lelaki yang tak kecanduan seks.
Penelitian ini pada akhirnya dapat mengubah stigma laki-laki penuh nafsu menjadi 'korban tak berdaya dari masalah biologi mereka sendiri', tulis New York Post, dilansir Jumat (4/2/2022).
Oksitosin atau hormon cinta secara alami diproduksi oleh tubuh laki-laki maupun perempuan yang dapat memicu emosi positif. Hormon oksitosin juga dikaitkan dengan meningkatkan relaksasi dan rasa percaya diri.
Hanya saja, studi menegaskan tingkat hormon oksitosin yang terlalu tinggi bisa berakibat buruk bagi laki-laki.
Dalam studi yang dilakukan pada 64 laki-laki dengan ganggguan hiperseksualitas, serta 38 laki-lagi dengan tingkat seksualitas normal, peneliti menemukan 'korelasi positif yang signifikan antara tingkat oksitosin dan skala penilaian yang mengukur perilaku hiperseksual.'
"Oksitosin memainkan peran penting dalam kecanduan seks dan mungkin menjadi target obat potensial untuk pengobatan farmakologis di masa depan," kata rekan penulis Dr. Andreas Chatzittofis kepada Newswise dikutip dari New York Post.
Menariknya, tingkat hormon oksitosin pada lelaki yang kecanduan seks berkurang secara signifikan setelah mereka menjalani terapi perilaku kognitif, yang berarti kecanduan seks merupakan masalah yang berhasil diobati.
Sebelumnya, kecanduan seks tidak diakui sebagai gangguan mental oleh American Psychiatric Association, dan banyak orang mempertanyakan apakah itu penyakit betulan atau alasan untuk perilaku buruk.
Baca Juga: Hubungan Seksual dalam Praktik Budaya Hook Up: Pengertian, Sejarah, dan Risiko
Namun pada tahun 2018, perilaku seks kompulsif dimasukkan dalam daftar Klasifikasi Penyakit Internasional Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk pertama kalinya.
WHO mendefinisikan gangguan perilaku seksual kompulsif sebagai "pola kegagalan yang terus-menerus untuk mengendalikan impuls atau dorongan seksual yang intens dan berulang yang mengakibatkan perilaku seksual berulang."
Gejalanya adalah memikirkan untuk melakukan hubungan seksual secara terus-menerus sampai-sampai mengabaikan kesehatan, perawatan pribadi dan tanggung jawab. Perilaku tersebut terjadi selama enam bulan atau lebih sampai menyebabkan penderitaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien