Suara.com - Virus corona varian omicron perlahan menggantikan delta mendominasi kasus di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, varian omicron disebut sebagai pemicu melonjaknya kasus yang menyebabkan gelombang ketiga Covid-19.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri di masyarakat. Terlebih gejala omicron seringkali mirip dengan flu biasa. Meski demikian sebenarnya ada sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap gejala omicron yang timbul.
Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), orang yang terinfeksi varian omicron dapat punya gejala yang mirip dengan varian sebelumnya. Kehadiran dan keparahan gejala dapat dipengaruhi oleh status vaksinasi Covid-19, adanya kondisi kesehatan lain, usia, dan riwayat infeksi sebelumnya.
CDC juga mengatakan bawha infeksi omicron umumnya menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah dibandingkan infeksi dengan varian sebelumnya.
Data awal menunjukkan bahwa omicron dapat menyebabkan penyakit yang lebih ringan, meskipun beberapa orang mungkin masih memiliki penyakit yang parah, memerlukan rawat inap, dan dapat meninggal karena infeksi varian ini.
Bahkan jika hanya sebagian kecil orang dengan infeksi omicron yang memerlukan rawat inap, volume kasus yang besar dapat membanjiri sistem perawatan kesehatan, itulah sebabnya penting untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri sendiri.
Lebih lanjut, CDC juga menegaskan bahwa vksin Covid-19 tetap menjadi langkah terbaik untuk melindungi orang dari Covid-19 dan mengurangi kemungkinan munculnya varian baru. Ini termasuk vaksin utama, suntikan booster dan dosis tambahan bagi mereka yang membutuhkannya.
Para ilmuwan masih mempelajari seberapa efektif vaksin Covid-19 dalam mencegah infeksi dari omicron. Vaksin saat ini diharapkan dapat melindungi terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian akibat infeksi varian omicron.
Namun, infeksi terobosan pada orang yang divaksinasi kemungkinan akan terjadi. Orang yang mengetahui vaksin Covid-19 mereka dan mendapatkan Covid-19 lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan penyakit serius daripada mereka yang tidak divaksinasi dan terkena Covid-19.
Baca Juga: Naysila Mirdad Umumkan Negatif Covid-19 Usai Karantina 11 Hari
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan