Suara.com - Sejak awal pandemi Covid-19 terjadi, infeksi virus corona SARS Cov-2 tak kenal usia. Namun, temuan di Amerika Serikat, varian yang lebih cepat menular juga meningkatkan prevalensi infeksi pada usia anak.
Para ilmuwan masih berusaha mencari tahu penyebab gejala lebih banyak menyebabkan tingkat rawat inap pada anak-anak. Di Amerika Serikat, pasien Covid-19 anak-anak menyumbang sekitar 5 persen dari total rawat inap. Jumlah itu naik empat kali lipat daripada gelombang virus corona sebelumnya.
Kepala divisi penyakit menular pediatrik di University of Utah Andrew Pavia mengatakan, banyak mutasi menimbulkan gejala berbeda dan mungkin sedikit lebih serius terhadap anak-anak daripada populasi orang dewasa.
Pavia menjelaskan bahwa lebih cepat menginfeksi sel di saluran napas bagian atas. Sedangkan infeksi di paru-paru tidak terlalu menyebabkan banyak kerusakan, sehingga gejala yang ditimbulkan juga tidak terlalu parah.
Tetapi, bagi anak-anak, infeksi virus corona di bagian saluran napas atas juga sama berbahayanya.
"Anak-anak memiliki saluran hidung yang relatif kecil dan dapat dengan mudah tersumbatm. Sehingga infeksi saluran pernapasan atas pada anak terkadang memerlukan perhatian ekstra dibandingkan dengan infeksi pada orang dewasa," jelas kepala divisi penyakit menular pediatrik di Children's National Hospital di Washington DC, Roberta DeBiasi, dikutip dari Nature.
Peradangan saluran napas bagian atas juga menyebabkan anak mengalami batuk 'menggonggong' yang khas. Kondisi itu memperkuat teori bahwa varian kemungkinan menginfeksi anak-anak dengan cara yang berbeda dari orang dewasa.
Bahkan jika anak-anak umumnya sembuh dari infeksi Covid-19 , dokter masih khawatir potensi long covid yang gejalanya bisa bertahan selama berbulan-bulan. Atau pun kondisi langka namun serius yang disebut sistem inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C).
Spesialis kesehatan wanita dan anak-anak di King's College London Michael Absoud mengatakan, gejala MIS-C biasanya berkembang dua hingga empat minggu setelah infeksi Covid-19 terdiagnosis.
Baca Juga: Dua Warga Kota Bekasi Positif Omicron, Dinkes: Sudah Sembuh
“Kami akan mulai melihat sinyal (untuk MIS-C) sekarang, dan kami belum melihatnya. Tapi, tidak berarti kita bebas, karena penyakitnya bisa memakan waktu lebih lama untuk berkembang," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
Terkini
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci