Suara.com - Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan dalam dua hari belakangan. Kasus yang sebelumnya berkisar di angka 55 ribu, turun menjadi 44 ribu, dan terus berkurang hingga sekitar 36 ribu.
Dengan terus menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia ini, banyak yang menggap bahwa puncak gelombak ketiga omicron sudah terlewati. Banyak masyarakat juga berharap bahwa kasus akan segera melandai. Tapi benarkah?
Meski demikian, menurut Epimdemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan dan mengatakan bahwa Indonesia telah melewati puncak gelombang ketiga. Menurut analisis Dicky, penurunan kasus selama dua hari belakangan terjadi karena tes yang dilakukan masih kurang mumpuni.
"Bicara kasus menurun juga karena testing kita belum adequate, minimal itu dites empat orang per 1000 penduduk per minggu. Dan kita belum pada tahap itu," kata Dicky saat dihubungi Suara.com, Selasa, (15/2/2022).
Kondisi tes yang demikian, membuat banyak kasus lolos dan tidak terdeteksi. Menurutnya salah satu tanda kasus belum menurun juga bisa dilihat dari angka kematian.
"Dan kalau angka kematian meningkat ini menunjukkan kita ada kelemahan di deteksi dini, di hulu dan hilir, dan tes positivity rate meningkat, trennya meningkat, jadi artinya ada banyak infeksi masyarkat tidak terdeteksi," ujar Dicky.
Menurutnya, kondisi saat ini justru mirip saat gelombang delta akan mencapai puncak. Terlebih, pada kasus omicron, punya karakteristik penyebaran yang berbeda antardaaerah.
"Ini yang saya amati, ini yang akan terjadi di indonesia beda dengan delta yang terkesan homogen, ini yang terkesan berbareng, kemungkinan Jakarta dan Jabodetabek mencapai puncak lebih dulu baru terus disusul di daerah jawa dan luar jawa,: kata dia.
Menurutya, kondisi saat ini harus disikapi dengan sangat hati-hati. Karena respons yang diambil akan menetukan penularan kasus ke depan.
Baca Juga: Gresik Catat Kasus Kematian Pertama Akibat Virus Corona di Gelombang Tiga Pandemi Covid-19 Ini
"ini yang harus kita pahami, dan sekali lagi kita biasanya akan memerlukan waktu satu minggu untuk kita melewati puncak, baru kita percaya diri melewati puncak. Bukan sekadar naik turun
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke