Suara.com - Pola makan anak harus diatur sedini mungkin, salah satunya dengan menerapkan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat. Hal ini perlu dilakukan agar anak terhindar dari berbagai penyakit seperti kanker, kolesterol dan gangguan pembuluh darah,
Diungkap Dokter sekaligus Penulis, Handrawan Nadesul bahwa sejak kecil orangtua harus mengatur citarasa lidah anak terhadap makanan. Anak harus dibiasakan mengenali citarasa makanan sehat, karena akan mempengaruhi kesehatannya di masa depan.
"Jadi lidah anak itu citarasanya bentuk dan dilatih oleh ibu. Jadi kalau meja makan ibu asin, maka sampai tua anak itu suka asin," ujar dr. Handrawan dalam acara peluncuran dan diskusi buku 'Masa Depan Anak Indonesia Terganggu Susu Kental Manis' di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (25/2/2022).
Berikut ini hal yang harus dihindari saat ini membuat MPASI agar anak sehat di masa depan, versi dr. Handrawan yang berhasil dirangkum suara.com:
1. Hindari Bahan Tambahan Pangan
Menurut dokter yang juga seorang penyair itu, bayi tidak boleh diberikan banyak garam, termasuk makanan seperti mi instan dan bakso olahan yang mengandung banyak garam saat proses pembuatannya.
Ini karena garam masuk pada bahan tambahan pangan atau yang biasa disebut food additive. Food additive biasanya ditambahkan dalam makanan olahan.
"Nah, itu yang tidak menyehatkan, makanya itu seperti bakso, bayi di Indonesia sejak awal sudah keracunan bumbu, kita sebut food additive. Food additive itu salah satu penyebab kanker," terang dr. Handrawan.
2. Pewarna Makanan Terlarang yang Tak Disadari
Baca Juga: Didiagnosis Kanker Payudara, Detektif Wanita Ini Malah Lega: Jadi Bisa Menghindari Beban Kerja!
Meski terkesan berbahaya, tapi banyak orangtua tidak menyadari anak kecil banyak mengonsumsi makanan ini. Misalnya, jika sejak kecil dalam MPASI atau anak di bawah 2 tahun sudah mengonsumsi saus tomat merah sejak kecil.
Menurut dr. Handrawan banyak ditemukan dalam saus tomat merah atau kerupuk merah yang mengandung rhodamin B, salah satu serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan mudah larut dalam larutan merah terang.
"Jadi kenapa di Indonesia kanker banyak menyerang orang tidak mampu, karena makanannya kerupuk merah itu rhodamin B, saus tomat merah itu rhodamin B. Berpuluh-puluh tahun konsumsi itu, kanker," tuturnya.
3. Terlalu Cepat Diberikan Makanan Padat
Perlu diketahui pencernaan anak bayi belum berkembang sempurna, sehingga tekstur makanan perlu diberikan secara bertahap dari yang sangat cair seperti ASI, makanan lembut seperti bubur, hingga makanan padat.
Tapi, kata dr. Handrawan, orangtua diminta tidak terlalu cepat membiarkan anak mengonsumsi makanan padat, karena akan menyebabkan gangguan pembuluh darah.
Berita Terkait
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
BPOM Larang 2 Produk Pinkflash Mengandung Pewarna K10 dan Acid Orange, Ini Bahayanya untuk Kesehatan
-
Bukan Berhenti Berkarya, Ini Alasan Vidi Aldiano Vakum dari Dunia Musik
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak