Suara.com - Sebuah studi penelitian menemukan jenis kelamin ahli bedah Anda bisa mempengaruhi kesehatan Anda pasca operasi, meskipun terdengar tidak mungkin.
Studi penelitian tahun 2021 yang diterbitkan di JAMA Surgery ini menemukan 50 persen operasi pasien wanita yang dilakukan oleh ahli bedah pria menunjukkan hasil kurang baik.
Dalam hal ini, hasil operasi yang kurang baik termasuk terjadinya komplikasi bedah, pasien kembali masuk rumah sakit hingga kematian yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah operasi.
"Tak mengherankan, sebagian besar hasil operasi yang buruk terjadi pada dokter bedah pria dengan pasien wanita," kata studi penelitian dikutip dari Times of India.
Hal yang mengejutkan dari hasil operasi kurang baik ini adalah komplikasi setelah operasi dan kematian, yang seharusnya tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin ahli bedah dan pasien.
Sayangnya, hal ini memang sering terjadi. Hubungan ini secara tidak proporsional mempengaruhi pasien wanita.
Studi penelitian ini mengambil informasi lebih dari 1,3 juta orang dewasa dan lebih dari 3.000 ahli bedah tentang operasi, seperti operasi penggantian lutut dan pinggul, serta tulang belakang.
Pengamatan serupa ditemukan oleh sebuah studi tahun 2017. Studi itu menemukan pasien yang dirawat inap ahli bedah wanita mengalami penurunan kesehatan yang kecil.
Tapi, berisiko kematiannya setelah o30 hari operasi cukup signifikan. Hal ini juga berkaitan dengan lamanya rawat inap, komplikasi dan risiko masuk rumah sakit lagi.
Baca Juga: CDC Prediksi Virus Corona Covid-19 Bisa Jadi Penyakit Musiman
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sifat ahli bedah pria dan wanita yang berbeda. Hasil operasi yang buruk pada pasien pria dan wanita oleh ahli bedah wanita masing-masing memiliki risiko 4 persen dan 7 persen.
Sedangkan dalam kasus ahli bedah pria, hasil operasi yang buruk ini lebih berisiko terjadi, yakni sekitar 39 persen risikonya pada kedua jenis kelamin pasien.
"Kami menemukan hasil buruk setelah operasi pada pasien yang dirawat oleh ahli bedah wanita hanya terbatas pada data pasien yang menjalani operasi elektif. Operasi elektif ini tidak melibatkan kondisi darurat medis dan sudah dijadwalkan sebelumnya," jelasnya.
Selain itu, ada beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa staf medis wanita cenderung merawat pasien lebih baik daripada staf medis pria.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental