Suara.com - Para peneliti saat ini tengah mengamati kanker langka yang terjadi di mata. Seorang perempuan telah didiagnosis dengan melanoma okular setelah awalnya percaya bahwa dia memiliki sesuatu yang tersangkut di mata kanannya.
Perempuan berusia 47 tahun - yang berasal dari kota Xian - mengunjungi dokter setempat Agustus lalu setelah matanya gatal selama dua minggu.
Dia tercengang mengetahui bahwa dia sebenarnya memiliki lesi kecil ganas yang tumbuh di bagian dalam kelopak matanya. Dokter mendiagnosisnya mengalami kanker melanoma jenis kanker kulit yang serius.
Kisah perempuan itu diterbitkan Kamis di New England Journal of Medicine, dengan para peneliti mencatat bahwa melanoma okular sangat jarang sehingga hanya mempengaruhi satu dari setiap lima juta orang.
Kanker perempuan bahkan lebih jarang dari itu, karena lesi ganas jarang tumbuh di bagian dalam kelopak mata.
Dokter menemukan "lesi berpigmen" dengan melakukan eversi kelopak mata - di mana kelopak mata seseorang ditarik ke atas saat mereka melihat ke bawah, memperlihatkan apa yang tersembunyi di dalam bagian atas mata.
Petugas medis mencatat bahwa legiun itu "besar," dengan biopsi yang mengonfirmasi bahwa itu adalah kanker.
Dokter menemukan "lesi berpigmen" dengan melakukan eversi kelopak mata - di mana kelopak mata seseorang ditarik ke atas saat mereka melihat ke bawah, memperlihatkan apa yang tersembunyi di dalam bagian atas mata mereka.
perempuan itu ditawari operasi untuk menghilangkan lesi, tetapi - mengingat tempat yang rumit di mana ia diposisikan - prosedur itu bukan tanpa risiko.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Ini Tanda dan Gejala Kanker Ovarium
Dia menolak dan malah memilih untuk diobati dengan pembrolizumab - obat antibodi yang digunakan untuk mengobati bentuk lain dari kanker kulit.
Legiun itu tidak tumbuh lebih besar dalam tujuh bulan sejak dia didiagnosis, dan penglihatan perempuan itu tidak terpengaruh.
Tanda-tanda awal melanoma okular termasuk penglihatan kabur atau kilatan di mata. Sekitar 80 persen dari mereka yang didiagnosis dengan kanker masih hidup lima tahun setelah diagnosis awal mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda