Suara.com - Sejumlah varian virus corona yang pertama kali terdeteksi pada November 2019, telah ditemukan oleh para ilmuwan hingga saat ini.
Tepat ketika situasi tampaknya kembali normal, mutasi varian baru muncul, dan menimbulkan risiko baru gelombang lain.
Masing-masing memiliki struktur genom yang berbeda dan mengarah ke serangkaian gejala yang bervariasi. Meskipun banyak gejala varian mutan yang serupa, sulit untuk mengatakan mana yang menginfeksi seseorang.
Dilansir dari Times of India, Real-time reverse transcription-polymerase chain reaction (real-time RT-PCR) adalah tes standar emas untuk menentukan keberadaan virus menular di dalam tubuh.
Ini memberikan hasil yang akurat dan mengungkapkan viral load, yang diperlukan untuk memahami tingkat keparahan kondisi.
Tapi, tes PCR tidak bisa menentukan jenis virus yang menginfeksi seseorang. Hal itu karena tes tersebut tidak dirancang untuk menentukan varian tertentu yang telah menginfeksi orang tersebut. Itu hanya dapat ditentukan dengan studi sekuensing genom.
Sekuensing genom adalah proses menentukan seluruh urutan DNA suatu organisme. Hal ini dilakukan untuk memantau perubahan urutan virus.
Dalam hal Covid-19, ada baiknya para ilmuwan mempelajari perubahan struktur virus asli dari virus mutan. Ini juga digunakan untuk mempelajari epidemiologi virus dan bagaimana hal itu dapat berdampak pada populasi umum.
Sekuensing genomik lebih mahal daripada tes RT-PCR dan butuh lebih banyak waktu untuk mendapatkan hasilnya. Itulah alasan mengapa hal itu tidak dilakukan secara umum.
Baca Juga: Selain Virus Corona Covid-19, Demam Bisa Jadi Tanda Infeksi Menular Seksual
Kedua, sekuensing genom dilakukan untuk tujuan pengawasan. Random sequencing dilakukan untuk mengetahui jenis virus yang beredar dalam populasi. Pengurutan genom membantu untuk memahami sensitivitas varian mutan terhadap vaksinasi, penularan, dan tingkat keparahan penyakit yang lebih berguna untuk persiapan penelitian daripada untuk tujuan diagnostik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!