Suara.com - Banyak orangtua tidak sadar anaknya mengalami speech delay atau terlambat berbicara. Padahal kondisi ini bisa menjadi ancaman tumbuh kembang, khususnya psikis pada anak.
Apalagi di masa pandemi, banyak balita menghabiskan waktu di rumah dengan bermain ponsel, yang bisa menyebabkan speech delay. Ini karena interaksi anak dengan lingkungan sekitar berkurang, sehingga tidak terstimulasi untuk bicara.
Fenomena meningkatnya kasus speech delay saat pandemi juga dibenarkan Dokter Spesialis Anak Siloam Hospitals Surabaya, dr. Dian Pratamastuti, Sp.A
"Memang dari tahun-tahun sebelumnya selalu meningkat. Tapi saat pandemi ini peningkatannya semakin signifikan,” ujar dr. Dian melalui keterangan yang diterima suara.com, Jumat (20/5/2022).
Tapi sayangnya, kata dr. Dian, masih banyak orangtua yang tidak menyadari kondisi anaknya masuk kategori speech delay atau terlambat bicara.
Bahkan beberapa malah diwarnai dengan mitos, seperti mengerok lidah menggunakan cincin.
Umumnya anak berusia dua tahun sudah bisa menguasai 50 kosa kata dan menggabungkan dua kata jadi kalimat seperti aku lapar, aku pipis, aku ngantuk.
Lalu usia tiga tahun umumnya anak sudah bisa menyusun kata jadi kalimat yang utuh.
Sehingga orangtua perlu khawatir jika anak jarang mencoba bicara atau meniru perkataan orang lain, tidak bereaksi saat dipanggil, kesulitan menyebut benda, hingga menghindar saat diajak bicara.
Baca Juga: Ungkap Data Pandemi Covid-19 RI Terkendali Sepekan usai Lebaran, Satgas: Ini Kabar Baik
Tapi sayangnya, pengetahuan ini jarang diketahui orangtua secara detail dan mendalam. Inilah sebabnya kata dr. Dian, materi ini perlu disampaikan dalam Simposium Nasional.
Simposium Nasional dengan tema Membaca Fenomena Speech Delay: Pendekatan Multi Pihak di hotel Grand Zuri Serpong, Tangerang Selatan pada Sabtu, 21 Mei 2022 besok ini pasti akan didatangi dr. Dian.
Sementara itu dalam simposium yang didukung Generos, suplemen kecerdasan otak anak ini, nantinya akan membahas penyebab meningkatnya kasus speech delay di Indonesia.
Faktor yang diduga bisa berupa kesibukan orangtua sehingga anak kurang terstimulasi, atau karena gadget anak jadi malas berbicara.
“Dari situ diharapkan saya mendapatkan informasi dari luar tentang multifaktor yang menjadi penyebab kasus speech delay ini meningkat tajam,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group