Suara.com - Organisasi Kesegaran Dunia atau WHO meminta seluruh negara untuk melaporkan semua kasus cacar monyet atau monkeypox. Termasuk negara harus melaporkan kasus probable cacar monyet sekalipun.
Hal ini dilakukan agar WHO membuat tolok ukur sejauh mana cacar monyet berkembang secara epidemiologi di masyarakat.
"Negara-negara anggota diminta untuk menyerahkan data minimum pada semua kasus yang memenuhi definisi kasus kemungkinan atau kasus yang dikonfirmasi," ujar WHO melalui situs resminya, dikutip suara.com, Rabu (8/6/2022).
Data ini harus dilaporkan negara ke Point Nasional IHR, melalui Focal Point Regional IHR WHO masing-masing yang ada di setiap negara.
Langkah ini diberlakukan sekaligus untuk meningkatkan kewaspadaan dan menggambarkan situasi yang ada di dunia saat ini terkait cacar monyet.
Laporan ini bisa diberikan dalam format MS Word maupun MS Excel. Tapi ada beberapa format yang tetap bisa digunakan berdasarkan kesepakatan di wilayah masing-masing.
"Dataset minimum diadaptasi dari formulir laporan kasus ECDC atau EURO dan negara-negara di Wilayah Eropa WHO harus mengikuti instruksi pelaporan yang diterima sebelumnya," jelas WHO.
Selanjutnya data ini akan dibagikan ke khalayak umum di semua negara secara teratur, melalui konten informasi yang dibuat WHO dalam periode tertentu.
Sekedar informasi, cacar monyet adalah penyakit virus zoonosis atau virus ditularkan dari hewan ke manusia, yang dapat sembuh sendiri.
Baca Juga: Waspada! Pasien Cacar Monyet Tembus 1.000 Kasus Global di 30 Negara
Penyakit itu disebabkan oleh virus monkeypox, yakni anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae, yang umumnya terjadi di Afrika Tengah dan Afrika Barat sebagai negara endemis.
Saat ini kabar terbaru, sudah ada 700 kasus konfirmasi cacar monyet di seluruh dunia, dan sebagian besar menyebar di negara Eropa, khususnya Inggris dan Spanyol.
Sedangkan di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan ada beberapa kriteria kasus probable cacar monyet, yakni sebagai berikut:
- Orang yang suspek karena memiliki gejala cacar monyet, tapi ada tambahan kriteria lainnya.
 - Kriteria tambahan yakni memiliki hubungan epidemiologis seperti paparan tatap muka, termasuk petugas kesehatan tanpa APD kontak fisik langsung dengan kulit atau lesi kulit, termasuk kontak seksual.
 - Atau orang yang kontak dengan benda terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur atau peralatan pada kasus probable atau konfirmasi pada 21 hari sebelum timbulnya gejala.
 - Riwayat perjalanan ke negara endemis cacar monyet pada 21 hari sebelum timbulnya gejala.
 - Hasil uji serologis orthopoxvirus menunjukkan positif namun tidak mempunyai riwayat vaksinasi smallpox ataupun infeksi orthopoxvirus.
 - Dirawat di rumah sakit karena penyakitnya.
 
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 
Terkini
- 
            
              Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
 - 
            
              Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
 - 
            
              Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
 - 
            
              Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
 - 
            
              Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
 - 
            
              Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
 - 
            
              Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
 - 
            
              Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
 - 
            
              Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
 - 
            
              Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara