Suara.com - Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ditembak saat sedang berpidato di jalan di kota barat Nara. Dia diyakini terluka parah.
Menurut Pemadam Kebakaran Kota Nara, Abe tidak sadarkan diri dan diduga mengalami henti jantung. Para pejabat dari Partai Demokrat Liberal (LDP) mengatakan mantan perdana menteri diserang dari belakang, dan senjata itu tampaknya adalah senapan.
Polisi Prefektur Nara telah menangkap tersangka penembak, menahannya karena dicurigai melakukan percobaan pembunuhan.
Abe dilarikan ke rumah sakit di Prefektur Nara dengan helikopter. Dilansir dari health line, henti jantung adalah kondisi jantung yang serius. Arti kata menahan adalah menghentikan atau menghentikan. Pada henti jantung, jantung berhenti berdetak. Ini juga dikenal sebagai kematian jantung mendadak.
Detak jantung Anda dikendalikan oleh impuls listrik. Ketika impuls ini berubah pola, detak jantung menjadi tidak teratur. Ini juga dikenal sebagai aritmia. Beberapa aritmia lambat, yang lain cepat. Henti jantung terjadi ketika irama jantung berhenti.
Henti jantung adalah masalah kesehatan yang sangat serius. Institute of Medicine melaporkan bahwa setiap tahun, lebih dari setengah juta orang mengalami serangan jantung di Amerika Serikat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian atau kecacatan.
Jika Anda atau seseorang yang bersama Anda mengalami gejala serangan jantung, segera cari bantuan kesehatan darurat. Ini bisa berakibat fatal. Tanggapan dan pengobatan segera dapat menyelamatkan nyawa.
Sebagai informasi, menurut markas besar LDP, Abe telah dijadwalkan untuk mengunjungi prefektur Nara, Kyoto dan Saitama pada hari Jumat untuk mendukung kandidat majelis tinggi partai.
Abe lahir dalam keluarga politik pada tahun 1954. Ayahnya, Shintaro Abe, juga seorang politikus yang menjabat sebagai menteri luar negeri, pertanian, dan jabatan lainnya. Kakeknya adalah mantan Perdana Menteri Nobusuke Kishi.
Baca Juga: Dialami Dicky Topan, Komplikasi Pembengkakan Jantung Bisa Sebabkan Kematian
Pada 2006, Abe menjadi perdana menteri termuda Jepang pascaperang pada usia 52 tahun. Meskipun ia mengundurkan diri pada tahun berikutnya, ia kembali berkuasa pada 2012 dan bertahan hingga 2020, ketika ia mundur lagi karena masalah kesehatan. Periode keduanya berkuasa berlangsung selama 2.822 hari berturut-turut, rekor terpanjang dalam sejarah Jepang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental