Suara.com - Baru-baru ini para dokter dibuat bingung dengan penyakit mematikan yang menyebabkan mimisan. Gejalanya juga termasuk demam, sakit kepala, dan kelelahan - tetapi tidak jelas bagaimana virus itu membunuh.
Sejauh ini, 13 kasus penyakit aneh telah dilaporkan di wilayah tenggara Tanzania, Lindi. Tiga orang tewas, kata pemerintah, Rabu.
Dilansir dari The Sun, sebuah tim dokter dan ahli kesehatan berjuang untuk menyelidiki penyakit yang tampaknya mirip dengan demam berdarah virus.
Kepala petugas medis negara itu Aifello Sichalwe mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua pasien telah dites negatif untuk virus serupa Ebola dan Marburg, serta Covid-19. Salah satu pasien telah pulih sepenuhnya sementara yang lain sedang diisolasi, katanya.
"Pemerintah membentuk tim profesional yang masih menyelidiki penyakit yang belum diketahui ini," tambahnya.
Dia meminta masyarakat di sekitar untuk tetap tenang. Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan mengatakan pada hari Selasa bahwa penyakit "aneh" yang dilaporkan di Lindi mungkin disebabkan oleh "tumbuhnya interaksi" antara manusia dan hewan liar.
Jika virus telah melompat dari hewan ke manusia, itu akan membuatnya menjadi penyakit zoonosis.
Sebuah laporan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis memperingatkan bahwa penyakit zoonosis menjadi masalah yang berkembang di Afrika.
Tetapi hanya Afrika yang terpengaruh - seperti yang terlihat pada cacar monyet, yang sekarang menyebar secara luar biasa secara global.
Baca Juga: 52 Jemaah Haji Indonesia Wafat, Mayoritas Karena Penyakit Jantung
Monkeypox sebelumnya terbatas di Afrika, tetapi menyebabkan wabah besar di Inggris, Eropa, dan AS musim panas ini.
“Ada peningkatan 63 persen dalam jumlah wabah zoonosis di wilayah ini dalam dekade 2012-2022 dibandingkan dengan 2001-2011”, kata WHO.
Alasan lonjakan yang mengkhawatirkan termasuk pertumbuhan populasi dan permintaan makanan yang berasal dari hewan.
Para ahli memperingatkan tindakan harus diambil untuk mencegah Afrika menjadi "hotspot penyakit menular yang muncul".
Itu terjadi setelah Ghana pekan lalu melaporkan dua kasus dugaan virus Marburg - yang memiliki tingkat kematian hingga 90 persen.
Milik keluarga yang sama dengan Ebola, virus Marburg menyebabkan gejala termasuk demam tinggi dan pendarahan internal dan eksternal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya