Suara.com - Stunting masih mengancam anak-anak Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat bahwa 23 persen anak berisiko lahir stunting karena selama di dalam janin kekurangan gizi.
Setelah lahir hingga anak berusia 6 bulan dan mendapatkan makanan pendamping ASI atau MPASI, apabila gizinya tidak juga tercukupi maka potensi stunting akan semakin berat. Sehingga menyebabkan anak gagal tumbuh yang ditandai dengan badan pendek dan kurang cerdas.
"Makanan pendamping ASI ternyata menjadi salah satu kendala di lapangan, di mana tidak saja berkaitan dengan akses untuk mendapatkan makanan yang bergizi tapi juga terkait dengan jenis, kualitas, dan kuantitas," kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM., saat webinar, Senin (25/7/2022).
MPASI ideal diberikan saat bayi berusia 6 bulan. Namun, pantauan risiko stunting harua dilakukan sejak bulan pertama usia bayi. Caranya, kata dokter Erna, orang tua harus rutin memantau pertumbuhan berat badan dan panjang bayi sesuai dengan usianya.
Berdasarkan data dari 54 negara berkembang tercatat bahwa malnutrisi atau kurang gizi pada anak diawali dengan weight faltering atau pertumbuhan berat badan tidak dengan normal.
"Umumnya terjadi pada usia 3 sampai 4 bulan. Weight faltering adalah tidak meningkatnya berat badan pada anak atau meningkat tapi tidak sesuai dengan standar atau terjadi penurunan berat badan yang sedikit tapi kalau tidak ditangani dengan baik akan menjadi masalah kesehatan," ujarnya.
Dampak panjangnya, stunting juga bisa jadi pemicu penyakit degeneratif saat anak mencapai usia dewasa muda.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, dokter Erna menyarankan agar orang tua rutin mengecek pertumbuhan anak di posyandu. Selain itu, memberikan MPASI sesuai kebutuhan anak dengan zat gizi seimbang yang telah terangkum lengkap pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Rekomendasi dari Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, menu MPASI sederhana untuk bayi kurang dari 9 bulan, misalnya dengan telur cincang. Telur mengandung tinggi protein pada bagian putih. Sementara kuning telur menjadi sumber lemak.
Baca Juga: Nyesek, Wanita Ini Beri dan Siram ASI Terakhir di Atas Makam Mendiang Anak
Proses cincang membantu memberikan tekstur lembut pada telur sehingga mudah dikonsumsi oleh bayi yang baru mengenal makanan tanpa mengganggu saluran pencernaannya yang masih sensitif.
Sedangkan bayi kurang dari 18 bulan bisa diberikan bubur tim halus yang mudah dikonsumsi dan dicerna oleh bayi. Bubur juga dapat dikombinasikan dengan ati, ikan, dan berbagai jenis sayuran seperti wortel dan brokoli.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah