Suara.com - Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang menyebabkan tubuhnya pendek dan otak tidak berkembang. Stunting juga termasuk salah satu fokus masalah kesehatan bagi pemerintah RI.
Berdasarkan survei status gizi Indonesia oleh Kementerian Kesehatan ditemukan bahwa angka stunting masih sebesar 24,4 persen pada 2021, turun dari sebelumnya 27,7 persen pada 2019. Arahan Presiden Joko Widodo bahwa angka stunting harus turun hingga kurang dari 14 persen pada 2024.
Penyebab stunting erat kaitannya dengan kekurangan gizi pada anak. Dokter Anak Konsultan Neonatologi Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K)., mengatakan bahwa risiko stunting telah terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Tetapi, risiko tersebut masih bisa dicegah setelah bayi lahir.
"Kapan terjadi stunting? Sejak di dalam kandungan sebetulnya sudah terjadi. Tapi berdasarkan penelitian, dalam kandungan itu sebetulnya hanya 20 persen, artinya stunting 80 persen terjadinya sesudah lahir. Jadi bisa kita cegah," kata prof. Rina dalam webinar, Senin (25/7/2022).
Profesor Rina menambahkan bahwa stunting bisa terjadi akibat kejadian kurang gizi yang berlangsung selama berbulan-bulan. Gizi tersebut diperlukan tubuh untuk membangun sel-sel organ. Apabila nutrisi yang dimilikinya terbatas, tubuh secara otomatis akan mengutakan pertumbuhan otak.
Akibatnya, pertumbuhan sel pada organ lain tidak optimal. Itu sebabnya stunting menyebabkan tubuh anak jadi pendek, jelas prof. Rina.
Ia menegaskan bahwa pencegahan stunting 80 persen bisa dilakukan setelah bayi lahir. Caranya dengan memastikan anak cukup gizi terutama selama seribu hari kehidupan pertamanya atau hingga berusia 2 tahun.
"Karena dalam dua tahun itu ada yang namanya pertumbuhan otak manusia yang normal itu 83 persen terjadi selama 2 tahun. Nanti sampai usia 5 tahun hanya sampai 95 persen. Tapi kalau dari dua tahun baru di uber-uber, ya dapatnya hanya bertambah 12 persen, itu sebabnya dari awal jangan ketinggalan. Harus dari mulai kehamilan," pesan prof. Rina.
Itu sebabnya penting bagi ibu hamil untuk rutin lakukan pemeriksaan janin, minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tujuannya untuk memastikan bayi dalam kondisi sehat juga berat badannya cukup sesuai usia.
Baca Juga: Telkom University Ciptakan Alat Pemantau Stunting
Apabila, saat lahir sudah terlanjur kurang gizi, prof. Rina menyampaikan orang tua perlu memastikan asupan gizi anak tercukupi terutama pada delapan minggu pertama setelah kelahiran. Selain itu, tumbuh kembangnya juga perlu dipantau secara cermat melalui grafik pertumbuhan.
"Ada satu jurnal yang mengatakan bahwa anak itu sebenarnya begitu lahir ada masa golden period 8 Minggu bagi yang enggak cukup gizinya. Kalau itu bisa dicegah, kemungkinan IQ-nya bisa naik sedikit, tapi kalau tidak, IQ-nya bisa kurang," kata prof. Rina.
Ia menekankan bahwa pemenuhan gizi tersebut harus berdasarkan arahan dari dokter, tidak bisa hanya melalui bidan. Nantinya, dokter yang menentukan apakah anak cukup hanya dengan konsumsi ASI atau perlu ditambah suplemen tambahan maupun susu formula.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 - 
            
              Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
 
Terkini
- 
            
              Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
 - 
            
              Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
 - 
            
              Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
 - 
            
              Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
 - 
            
              Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
 - 
            
              Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
 - 
            
              Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
 - 
            
              Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
 - 
            
              Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
 - 
            
              Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara