Suara.com - Dalam rangka Pekan Raya ASI 2022, penelitian menemukan banyak sebanyak 56 persen ibu menyusui merasa tidak bahagia dengan proses memberikan ASI. Mereka melakukannya karena sebuah kewajiban yang harus dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ray Wagiu Basrowi menemukan salah satu faktor yang menyebabkan ibu menyusui tidak bahagia adalah mereka kehilangan dukungan yang diharapkan.
Selain itu, 90 persen ibu menyusui juga mengaku mengharapkan dukungan itu datang dari suaminya.
"Dari penelitian ini kami percaya diri bahwa suami adalah aktor utama yang wajib mendukung ibu menyusui," kata Ray dalam acara Pekan Raya ASI 2022 dengan tema 'Hasil Penelitian Terbaru tentang Ibu Menyusui'.
Ray juga menegaskan bahwa menyusui adalah proses hormonal yang perlu memikirkan aspek psikologis ibu.
Karena, asupan gizi baik yang tidak diimbangi dengan perasaan bahagia dari ibu menyusui akan mempengaruhi volume ASI yang dihasilkan.
"Karena, ada mekanisme umpan balik hormonal dalam proses menyusui. Produksi ASI membutuhkan peran 2 hormon, yakni hormon prolaktin dan hormon oksitosin," jelas Ray.
Hormon prolaktin ini diproduksi di otak, yang produksinya membutuhkan relaksasi. Sedangkan, hormon oksitosin dikenal juga sebagai hormon cinta yang diproduksi ketika seseorang merasa bahagia.
Bila ibu menyusui tidak bahagia, hormon oksitosin akan lebih susah diproduksi. Pada akhirnya, kondisi ini akan berdampak buruk pada produksi ASI.
Baca Juga: Kenali Gejala dan Cara Pencegahan Cacar Monyet yang Mudah Menular
"Selain volume ASI yang menurun, kualitas ASI dan kesehatan ibu menyusui juga akan menurun saat ibu menyusui tidak bahagia," jelasnya.
Karena, hormon yang tidak bagus pada saat proses menyusui itu bisa mempengaruhi kesehatan jangka panjang.
Ray menegaskan bahwa sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa ibu yang menyusui ASI eksklusif akan memiliki kondisi kesehatan lebih baik. Proses menyusui bisa menjadi kontrasepsi alami dan menekan stres post partum.
Pada ibu menyusui yang tidak bahagia, stres post partum akan lebih baik dan metode amenore laktasi tidak akan berjalan baik. Seiring waktu, ada banyak penyakit yang berisiko menyerang ibu menyusui.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?