Suara.com - Situasi yang tak disangka dialami seorang perempuan berusia 29 tahun. Awalnya, ia mengira ada infeksi jamur di kulit kepalanya, tapi ternyata itu adalah melanoma atau kanker kulit mematikan.
Kondisi ini membuatnya meminta orang lain untuk lebih aware dan berhati-hati pada sinar matahari dan memeriksakan tahi lalat yang dikhawatirkan kepada dokter.
"Tolong jangan meremehkan kerusakan yang bisa disebabkan sinar matahari. Pakai sunscreen, topi, tetap berada di tempat teduh, serta periksakan tahi lalat Anda," ungkap perempuan bernama Sarah Lee tersebut, mengutip Insider, Sabtu (13/8/2022).
Perempuan yang tak lain seorang jurnalis itu menderita kanker kulit yang lebih berbahaya daripada kanker jenis lainnya, karena berisiko tinggi menyerang bagian tubuh lainnya.
Adapun salah satu penyebab terpenting munculnya melanoma adalah kulit yang terlalu banyak terpapar sinar ultraviolet (UV), yang umumnya berasal dari sinar matahari.
"Ketika perawat memberitahu saya kabar tersebut melalui telepon, saya sangat terkejut hingga hampir pingsan. Saya bukan penggemar berjemur, juga menggunakan tabir surya SPF 30 dan dibesarkan di Wales, wilayah yang selalu terpapar hujan," ungkap Lee melalui cuitannya di Twitter.
Adapun perempuan tersebut pertama kali melihat tahi lalat hitam seukuran kacang polong di kulit kepalanya pada Juli 2021, saat ia hendak mengganti warna rambut pirangnya.
Selanjutnya, dokter keluarganya membawanya untuk pergi ke dokter kulit, dan pada Agustus 2021 disebutkan tahi lalat di kepalanya tidak ganas.
Tapi pada November 2021, tahi lalat ini kemudian terus tumbuh dan bertambah banyak. Ia pun memberitahukan kondisi tersebut ke dokter dan keluarga.
Baca Juga: Kulit Kepala Terasa Perih Saat Keramas, Tanda Penyakit Apa?
Tapi menurut mereka, itu adalah jamur yang ketika tidak diobati maka akan bertambah banyak. Ia lantas menemui dokter kulit lain dan berencana diangkat dengan pembedahan dan biopsi.
Namun nahas, pada Januari 2022 hasil biopsi menunjukan bahwa itu adalah kategori melanoma ganas stadium tiga, dan sudah menyebar hingga ke kelenjar getah bening.
Selanjutnya ia menjalani operasi selama delapan jam, untuk pengangkatan 24 kelenjar getah bening dari lehernya.
Kini, Lee akhirnya terus meminum dua obat penghambat pertumbuhan kanker, dabrafenib dan trametinib, untuk mencegahnya datang kembali. Tapi sayangnya obat tersebut punya efek samping berupa muntah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?