Suara.com - Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi perubahan besar dalam keinginan anak muda untuk menjadi orangtua. Kebanyakan mereka berniat untuk fokus pada pengembangan diri dan karier.
Meningkatnya harapan hidup, penundaan usia menikah, berbagai faktor sosial ekonomi, dan perubahan peran perempuan secara keseluruhan di masyarakat, telah mendorong anak muda mulai berkeluarga di usia yang lebih tua.
Pergeseran proses berpikir mengakibatkan rata-rata usia orangtua baik laki-laki maupun perempuan masing-masing 40 dan 35 tahun.
Dampak menjadi orangtua di usia yang lebih tua
Banyak penelitian menyoroti penurunan kesuburan dan kelahiran cukup bulan dalam konsepsi alami pada orang yang menjadi orangtua di usia tua.
Gaya hidup, stres terkait pekerjaan, dan perubahan metabolisme, telah menyebabkan masalah kesehatan kronis, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, komplikasi saat hamil, keguguran sebelum 20 minggu, dan cacat lahir, dilansir The Health Site.
Aspek yang perlu diperhatikan adalah penurunan angka fertilitas secara global sejak lima dekade terakhir, yakni 4,74 (kelahiran per wanita) pada tahun 1970 menjadi 2,42 pada 2022.
Artinya, ada penurunan sebesar 2,32, yang setara dengan 50 persen, dalam angka fertilitas.
Hal itu menunjukkan masyarakat sudah mulai menunda untuk melahirkan demi memprioritaskan aspek kehidupan lainnya.
Baca Juga: Masih Muda, Bharada E Ingin Menikah dan Kembali Bekerja di Kepolisian
Meski waktu untuk memiliki anak adalah pilihan pribadi, tetapi calon orangtua juga pernah menyadari konsekuensi potensial yang mungkin terjadi bila melahirkan di usia tua.
Jadi, kapan waktu yang tepat untuk menjadi orangtua?
Tidak ada satu angka yang tepat, mengasuh anak di usia berapa pun memiliki manfaat dan tantangan tersendiri.
Orang yang menjadi orangtua di usia muda tidak akan memiliki banyak pengalaman pada beberapa aspek kehidupan, tetapi mereka memiliki banyak energi untuk mengatasinya.
Sementara orang yang menjadi orangtua di usia yang lebih tua akan memiliki banyak pengalaman untuk lebih tenang dan dewasa ketika berhadapan dengan masalah, tetapi risikonya pada kesuburan.
Jadi, Anda harus mencoba memilih waktu yang tidak terlalu dini maupun terlambat. Berapa pun usia yang dipilih, harus tetap menyadari potensi tantangannya sehingga Anda akan lebih siap.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental