Suara.com - Berbagai inovasi terus dihadirkan Eka Hospital dalam upaya meningkatkan pelayanan, khususnya spine (tulang belakang) yang tentunya sangat mendukung serta memudahkan dalam melakukan tindakan operasi di Indonesia.
Seperti diketahui, Eka Hospital telah memiliki teknologi berkelas dunia berupa robot navigasi untuk operasi tulang belakang yang pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara. Melalui penggunaan robot navigasi ini, akurasi penempatan screws (implan) bisa mencapai 99,9 persen. Risiko misplacement screw yang tadinya mencapai 15% khususnya pada kasus skoliosis yang bentuk tulangnya banyak mengalami perubahan bentuk, dapat ditekan hingga dibawah 1 persen.
Setelah menjadi pioneer dalam menghadirkan operasi tulang belakang dengan teknik robotik, kini Eka Hospital kembali menghadirkan O-arm untuk mendukung operasi tulang belakang, khususnya untuk kasus skoliosis. O-arm di Eka Hospital merupakan satu-satunya mesin yang ada di Indonesia saat ini dan seri yang dimiliki adalah seri O-arm 2 yang merupakan seri tercanggih dari O-arm.
Fungsi O-arm pada dasarnya mirip dengan fungsi CT Scan tetapi memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan CT Scan. O-arm ini bersifat portable sehingga pemeriksaan bisa dilakukan di tengah-tengah operasi sedang berlangsung. Hal ini sangat penting karena meberikan gambaran yang lebih real dibandingkan CT Scan yang dilakukan saat pasien masih sadar dan dalam posisi terlentang. Perbedaan posisi, pengaruh obat-obatan selama operasi, dan tarikan otot dapat mempengaruhi susunan tulang belakang sehingga akurasi O-arm jauh lebih tinggi daripada CT Scan.
Keunggulan lain yang ditawarkan oleh O-arm adalah beamnya yang bersifat conical sehingga radiasi yang ditimbulkan juga jauh lebih kecil dibandingkan CT Scan. Bahkan dengan pilihan low-dose, radiasi yang ditimbulkan oleh satu kali scan dengan menggunakan O-arm setara dengan satu kali ronsen lumbar. Dengan radiasi yang hanya setara ronsen, kita mendapatkan gambaran sedetail CT Scan.
Menurut Dokter Spesialis Ortopedi, Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD, dr. Phedy, Sp.OT (K) Spine, ada banyak keunggulan dari penggunaan O-arm ini, seperti tidak perlunya CT Scan praoperasi, biaya yang lebih terjangkau, gambar yang detail dan lebih real-time, serta dosis radiasi yang jauh lebih rendah. Dokter Phedy bahkan menyebut O-arm ini sebagai perfect partner untuk melakukan operasi robotik. Tanpa gambar yang berkualitas, akurasi robot akan menurun sehingga pada kasus skoliosis terkadang cukup menyusahkan dan bahkan pada kasus berat berbahaya.
“Bahaya sekali bila kita menggunakan robot tapi gambaran imagingnya tidak jelas. Robot mendapatkan input anatomi tulang pasien dari imaging. Tanpa imaging yang jelas, jangan sekali-kali menggunakan robot untuk operasi, apalagi untuk kasus skoliosis.” ujar dokter Phedy.
Selain meningkatkan akurasi robot, pemeriksaan dengan O-arm juga hanya memakan waktu 25 detik sehingga operasi skoliosis robotic kini menjadi semakin cepat. Dengan operasi yang semakin cepat, perdarahan selama operasi juga semakin sedikit. Pemulihan juga berlangsung cepat.
“Salah satu tujuan dari operasi skoliosis adalah mencapai keseimbangan tubuh pasien, yang biasanya hanya dapat dinilai setelah operasi selesai dengan melakukan ronsen whole spine. Dengan adanya alat ini, keseimbangan sudah dapat dinilai oleh tim dokter saat operasi masih berlangsung. Ini merupakan satu-satunya alat di Indonesia yang bisa melakukan hal itu.” ungkap dr. Phedy, Sp.OT (K) Spine.
Dengan sedemikian banyaknya kelebihan yang ditawarkan oleh O-arm, dikombinasikan dengan penggunaan robotic, operasi skoliosis dapat dilakukan dengan sangat aman dengan tingkat keberhasilan mendekati 100 %.
Sementara itu, Chief Operating Officer Eka Hospital Group, drg. Rina Setiawati menambahkan dengan peralatan baru yaitu O-Arm yang dimiliki Eka Hospital serta robot navigasi yang sebelumnya sudah ada serta didukung oleh tim dokter profesional, Eka Hospital berhasil melengkapi dan mengawinkan penanganan tulang belakang khususnya skoliosis dengan aman, cepat dan tepat” katanya menjelaskan.
Berita Terkait
-
Banyak Keluhan Soal Kamera iPhone 14 Pro, Apple Akhirnya Perbaiki Masalahnya
-
Fitur Baru WhatsApp: Bisa Edit Pesan yang Sudah Terkirim
-
Nadiem: Teknologi Pendidikan di Indonesia Kedepankan Kebutuhan Guru dan Siswa
-
Peran Teknologi terhadap Adopsi Media Sosial dan Dampaknya bagi UMKM
-
Jadi Serial Anime? Cerita Adaptasi Permainan Video Populer Genshin Impact
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
Terkini
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar