Didukung oleh data detak jantung
Para peneliti menggunakan mesin EKG bayi dan kamera video untuk secara sistematis membandingkan perubahan detak jantung dan perilaku.
Hasilnya digunakan untuk menentukan empat peringkat pendekatan untuk menenangkan bayi yang menangis.
Perilaku yang diteliti adalah menggendong bayi sambil duduk, meletakkannya di ranjang bayi, menggendongnya sambil berjalan, atau mengayunkannya di kereta bayi.
Data yang diambil dari kegiatan ini, mulai dari bayi menangis, terjaga dan tenang, atau tidur, semuanya direkam.
Ukuran detak jantung memungkinkan para peneliti untuk membedah efek dari setiap aktivitas mikro.
Para peneliti menemukan bayi sangat sensitif terhadap semua gerakan ibu mereka, seperti detak jantung yang meningkat ketika ibu berbalik atau ketika mereka berhenti berjalan.
Berdasarkan temuan mereka, Dr Kuroda mengatakan protokol yang direkomendasikan untuk menenangkan dan mendorong tidur adalah menggendong dan berjalan bayi selama lima menit, lalu duduk dan menggendongnya selama lima hingga delapan menit, sebelum membaringkannya.
Meskipun penelitian ini tidak membahas mengapa beberapa bayi menangis berlebihan, para peneliti mengatakan hasil penelitian ini mungkin bisa menawarkan solusi untuk membantu para orangtua dengan bayi yang baru lahir.
Penulis makalah mengatakan mereka berharap temuan itu dapat bermanfaat bagi orangtua yang stres, terutama mereka yang belum berpengalaman.
Baca Juga: Hari Prematuritas Sedunia: Perhatian dan Stimulasi Jadi Kunci Merawat Bayi Lahir Prematur
Diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial