Suara.com - Asri Welas merasa bersyukur tumbuh kembang anak keduanya, Ibran, kini semakin baik. Pasalnya, saat baru berusia tiga bulan, Ibran didiagnosis sakit katarak kongenital.
Penyakit itu memang selalu ditemukan sejak anak baru lahir dengan ditandai adanya kabut putih pada lensa matanya, sehingga penglihatan jadi sangat buram.
Sempat jalani operasi mata saat masih bayi, kini Ibran harus memakai kacamata agar penglihatannya bisa normal.
"Kacamata itu sangat bantu perkembangan Ibran. Usia tiga bulan, dia baru bisa berguling, melihat orang-orang di dunia. Karena sebelumnya tertutup dengan katarak," cerita Asri Welas sambil menahan isak tangisnya saat acara temu media bersama Optik Tunggal di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Asri, kacamata khusus katarak kongenital tersebut sangat diperlukan anak agar proses tumbuh kembangnya bisa optimal. Meski berprofesi sebagai publik figur, bagi Asri Welas harga kacamata tersebut cukup mahal.
"Ini nilainya jutaan untuk kacamata. Kalau anak lahir dengan katarak tidak di-support, mati sudah cita-citanya, harapannya. Jadi dengan adanya kacamata, semua perkembangan anak baik. Walaupun masih ada virus lain di dalam tubuhnya," ujarnya.
Tetapi, tak mudah mencari kacamata khusus untuk anak. Terlebih, Ibran membutuhkan lensa kacamata yang sangat tebal karena kondisi katarak kongenital itu membuat matanya jadi alami hipermetropi arau rabun dekat yang menyebabkan jadi plus 18.
"Susah cari kacamata anak karena dia aktif. Saya rasakan ada yang berat, jadi dipakai kendor, berat, pecah. Saya berapa kali cari kacamata untuk dia agar muter, lari yqng aman untuk dia," tuturnya.
CEO Optik Tunggal Alexander Kurniawan mengungkapkan kalau kacamata khusus untuk katarak kongenital memang sangat tebal. Terlebih akan digunakan oleh anak-anak sehingga didesain kuat agar tidak mudah pecah.
Baca Juga: Tes Psikologi: Yakin Anda Tidak Membutuhkan Kacamata? Jawab Nomor yang Ada pada Gambar Berikut
Ia juga membenarkan kalau harga satu kacamata bahkan bisa sampai belasan juta rupiah.
"Hampir 10 juta per kacamata, itu pun tergantung juga. Bisa lebih tinggi dari itu dan logistik juga harus pikirkan di situ," ungkapnya.
Menurut Alex, tidak banyak produsen lensa yang memproduksi kacamata khusus untuk katarak kongenital karena pembuatannya lama dan tidak terlalu menguntungkan secara bisnis.
"Kalau saya pelajari, walaupun ada produsen lensa di dunia yang menyediakan, tapi mereka gak sampai ke sana teknologinya (lensa tebal tapi enteng). Karena memang suatu lensa itu tidak buat keuntungan ke perusahana, jadi gak ada yang concern ke sana, kecuali Zeiss," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia