Suara.com - Menyusul larangan obat sirup oleh Badan POM dan Kementerian Kesehatan, orang sakit terutama anak-anak dianjurkan untuk mengonsumsi obat kapsul atau tablet.
Meski demikian, tidak bisa dipungkiri jika memberikan obat kapsul atau tablet bukan hal mudah untuk anak-anak. Dua jenis obat itu lebih sulit ditelan dan memiliki rasa cenderung pahit.
Menanggapi masalah tersebut, Dokter spesialis anak dr. S T Andreas Christan Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A mengatakan, anak memang memiliki kemampuan menelan bergantung usia.
Dokter Andreas menjelaskan, pemberian obat kapsul dan tablet umumnya bisa dilakukan pada anak-anak berusia 6 tahun ke atas.
Sementara itu, untuk anak-anak berusia 6 tahun ke bawah lebih disarankan untuk mengonsumsi obat bubuk atau puyer.
“Jadi pemberian obat kapsul itu biasanya pada mereka yang sudah lebih dewasa, biasanya enam tahun ke atas sudah bisa menelan, kalau di bawah biasanya diberi puyer,” ujar Dokter Andreas saat dihubungi Suara.com, Sabtu (22/10/2022).
Sementara untuk mengajarkan anak menelan kapsul dan atau obat tablet juga tidak mudah.
Dokter Andreas menuturkan, orangtua bisa mengajarkan anak menelan obat dengan memberi mereka minuman kesukaan. Hal ini akan membuat anak mau dan tidak takut untuk menelan obat.
“Untuk cara mengajarkannya dengan menelannya bersama minuman yang disukainya, selama bukan susu,” sambung Dokter Andreas.
Baca Juga: Bupati Landak Karolin Margret Larang Warganya Minum Obat Sirup: Jangan Dulu
Untuk anak-anak yang belum mampu menelan kapsul, biasanya para orangtua akan memilih membuka isinya.
Dokter Andreas menerangkan, membuka kapsul tidak akan berpengaruh terhadap daya kerja dan fungsi obat.
“Enggak berpengaruh kalau dibuka, kan dalemnya kayak puyer gitu, jadi diperkenankan dan boleh-boleh saja karena enggak berpengaruh,” jelasnya
Meski demikian, Dokter Andreas menambahkan, ada beberapa kasus yang memang kapsulnya harus dimakan bersamaan dengan isinya untuk proses farmakokinetik.
“Tapi biasanya memang ada yang kapsulnya harus dikonsumsi untuk proses farmakokinetik karena harus dicerna,” pungkas Dokter Andreas.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?