Suara.com - Penanganan terkait gangguan ginjal akut misterius pada anak mulai membaik. Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. M Syahril mengatakan, pemberian obat Fomepizole pada penderita akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan signifikan.
Berdasarkan keterangan dr. Syahril, 95 persen anak di RCM yang menggunakan obat antidotum Fomepizole kian membaik. Hal ini menunjukkan jika obat Fomepizole efektif kepada para pasien gangguan ginjal akut misterius.
“Penggunaan fomepizole menunjukkan 95% pasien anak di rscm menunjukkan perkembangan yang terus membaik, artinya efikasinya baik dalam memberikan kesembuhan,” ucap dr. Syahril dikutip dari rilis yang diterima Suara.com, Kamis (3/11/2022).
Sementara itu, untuk obat Fomepizole di Indonesia saat ini terdapat 246 vial yang telah didatangkan dari Australia, Jepang, dan Singapura. Untuk obat dari Australia dan Jepang merupakan bentuk donasi yang diberikan kepada Indonesia.
Sebanyak 16 vial didatangkan dari Australia. Sementara 200 vial lainnya datang dari Jepang. Untuk 20 vial sisanya merupakan pembelian yang dilakukan dari Singapura beberapa waktu lalu. Obat antidotum Fomepizole ini juga telah didistribusikan ke 17 rumah sakit rujukan di 11 Provinsi di Di Indonesia.
“Sudah sebanyak 17 rumah sakit di 11 provinsi yang mendapatkan distribusi Fomepizole Pertimbangan pemberian fomepizole karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan Fomepizole, ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala,” jelas dr. Syahril.
Untuk obat Fomepizole yang diberikan juga ditegaskan tidak dipungut biaya apapun. Oleh sebab itu, pasien penderita Gangguan Ginjal Akut dapat melakukan pengobatan ke beberapa rumah sakit yang telah didistribusikan.
Di sisi lain, WHO juga sudah memberikan keterangan jika gangguan ginjal akut misterius terjadi karena adanya indikasi kandungan etilen glikol dan dietilen glikol. Hal ini juga sejalan setelah pihak Kemenkes membuat larangan penggunaan obat sirup pada 18 Oktober lalu, angka penambahan gangguan ginjal akut semakin menurun.
“WHO sudah mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena EG DEG dan lainnya, dan fomepizole menjadi opsi antidot. Jadi bukan berdasarkan asumsi semata. Terakhir kita bisa lihat kasus sejak 18 oktober sudah turun,” pungkas dr. Syahril.
Baca Juga: RS Saiful Anwar Malang Rawat 9 Pasien Gagal Ginjal Akut, 3 Orang Meninggal
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?